KORANMANDALA.COM – Kondisi di Jalur Gaza hingga saat ini masih belum stabil seusai kelompok Islam Palestina, Hamas, melancarkan serbuan terbesar terhadap Zionis Israel.
Militan Palestina dari Jalur Gaza itu melakukan infiltrasi yang belum pernah terjadi sebelumnya ke Israel sebagai bentuk perlawanan atas kekejaman para Zionis.
Mereka menggencarkan aksi melintasi perbatasan dan menembakkan banyak roket ke wilayah Israel.
Dalam hal ini, kelompok militan Hamas mengumumkan dimulainya operasi baru besar-besaran terhadap Israel dan langsung menyatakan status siaga perang.
Baca Juga: Jelang Ditutup, Intip Update Jumlah Pelamar Seleksi CPNS dan PPPK 2023, Banyak yang Tidak Memenuhi Syarat?
Bersama warga sipil, para mujahid itu mulai menyerang target-target di Gaza sebagai tanggapan atas perlakuan Zionis Israel selama ini.
Warga Palestina berhasil menerobos dan merobohkan sebuah pagar pembatas berduri menggunakan buldozer di Jalur Gaza yang dibuat oleh Zionis Israel untuk memblokade wilayah.
Tak terima pagar pembatas berduri yang mereka buat dengan susah payah itu diterobos dan dirobohkan, Zionis Israel menargetkan warga Palestina sebagai balasan.
Baca Juga: Pagar Kawat Pembatas Jalur Gaza Berhasil Dirobohkan, Zionis Balas Serangan Udara hingga Gugurkan Warga Palestina
Seorang jurnalis Palestina, Mohammad Al-Salhi, meninggal dunia setelah diserang oleh Zionis Israel ketika dirinya tengah meliput pagar yang memisalhkan wilayah Timur Jalur Gaza dengan wilayah Palestina yang diduduki oleh Israel sejak tahun 1958 hingga sekarang.
Peperangan semakin memanas, Hamas yang semakin tersulut juga tetap berdiri kokoh melawan agresi Zionis Israel dengan serangan ke wilayah milik Palestina yang telah diduduki para penjajah.
Tak sedikit tentara Israel yang tertangkap bahkan hingga tewas akibat serangan Hamas. Hal tersebut seolah sebagai bentuk balas dendam karena Zionis Israel juga telah menumpahkan darah warga sipil Palestina termasuk anak-anak yang tidak bersalah.