KORANMANDALA.COM – Peperangan di jalur Gaza, Palestina yang mulai pecah sejak awal Oktober lalu telah mencatatkan berbagai kerusakan. Salah satu yang paling parah adalah ambruknya fasilitas kesehatan. Dalam beberapa hari terakhir ini, WHO merilis berita tentang kekurangan inkubator bagi bayi prematur di Gaza.
Sebagaimana dikutip dari berbagai sumber, bayi prematur adalah mereka yang lahir saat usia kehamilan kurang dari 37 minggu. Pada umumnya bayi normal lahir di usia kehamilan 40 minggu.
Beberapa komplikasi dapat terjadi pada bayi prematur, diantaranya paru-paru yang belum matang, kesulitan mengatur suhu tubuh, kesulitan makan, dan peningkatan berat badan yang lambat.
Gejala umum yang mungkin dialami oleh bayi prematur seperti hipotermia, kerusakan retina, proporsi kepala lebih besar dibanding badan, juga sindrom gawat napas.
Karena komplikasi dan gejala umum diatas, bayi prematur memerlukan perawatan yang lebih lama dan intens, obat-obatan, dan terkadang tindakan operasi.
Baca juga : Layaknya Kuburan, Kondisi Rumah Sakit Al Shifa Gaza Paska Penyerangan Israel
Perawatan pendukung yang biasanya dilakukan meliputi pemberian makanan melalui selang, pemanfaatan inkubator bayi, terapi oksigen, dan mengalirkan cairan, obat atau darah langsung ke vena.
Pada beberapa kasus, pihak medis akan menggunakan ventilator untuk membantu pernapasan.
Kondisi Bayi Prematur di Gaza
Kondisi kekurangan pasokan listrik dan oksigen yang menimpa fasilitas kesehatan di Jalur Gaza, menyebabkan banyak inkubator tidak dapat digunakan. Tenaga medis berbondong-bondong memindahkan bayi-bayi prematur tersebut ke rumah sakit yang masih tersisa.
Dilansir dari kantor berita Reuters, 3 dari 39 bayi prematur meninggal sejak rumah sakit Al Shifa kekurangan pasokan bahan bakar untuk menyalakan generator untuk keperluan inkubator.
Sementara sisa 36 bayi yang beratnya kurang dari 1,5 kg, sebagian hanya 700-800 gr ditempatkan berdampingan di tempat tidur biasa, tanpa inkubator.
Ancaman terbesarnya adalah terkena infeksi dan mereka tidak mendapatkan penyesuaian terhadap tingkat kelembapan dan suhu udara sebagaimana yang mereka butuhkan.
Masih dari Reuters, salah seorang dokter menyatakan mereka terpaksa menempatkan bayi-bayi tersebut pada ranjang biasa. Bungkusan popok, kardus berisi kasa steril, dan kantong plastik mengelili bayi prematur tersebut (IWK).