KORANMANDALA.COM – Calon wakil presiden nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka, dalam debat cawapres 21 Januari 2024 silam, mengklaim food estate di Gunung Mas berhasil.
Terkait hal itu, Deni Friawan, Peneliti Departemen Ekonomi Centre for Strategic and International Studies (CSIS), menanggapi pernyataan Gibran.
Menurutnya, kegagalan food estate disebabkan oleh penanaman singkong di lahan yang tidak sesuai. Kemudian, pemerintah mengubah jenis tanaman menjadi jagung, namun menggunakan polybag agar tanaman dapat tumbuh.
Ia menyatakan bahwa food estate tidak berhasil karena perencanaannya yang lemah. Program tersebut dilaksanakan tanpa perencanaan yang memadai, dilakukan secara tergesa-gesa, tanpa mempertimbangkan apakah lahan yang akan digunakan sesuai dengan jenis tanaman yang akan ditanam.
Salah satu proyek food estate yang tidak berhasil adalah proyek perkebunan singkong di Gunung Mas, Kalimantan Tengah, yang diinisiasi oleh Kementerian Pertahanan di bawah Prabowo Subianto.
Pada tahun 2020, sekitar 600 hektar hutan di Gunung Mas ditebang oleh Prabowo untuk memberikan tempat bagi tanaman singkong. Namun, tanah di wilayah tersebut ternyata tidak cocok untuk pertumbuhan singkong, sehingga tanaman tersebut sulit tumbuh.
Proyek ini mengalami kegagalan total, menyisakan kerusakan hutan dan banjir di sekitar food estate. Pemerintah kemudian mencoba mengubah tanaman singkong menjadi jagung, tetapi penanaman jagung juga dilakukan dengan memaksa, menggunakan planter bag sebagai media tanam daripada menanam langsung di tanah.
Menurut Deni, keputusan pemerintah untuk menanam jagung dengan planter bag adalah upaya untuk mengatasi ketidakcocokan lahan. Namun, menurutnya, penanaman jagung dengan cara tersebut sangat mahal dalam hal biaya penanaman dan perawatan.
Deni menyebutkan bahwa perluasan lahan pertanian memang diperlukan, terutama karena tanah di Pulau Jawa semakin terbatas. Namun, pembukaan lahan seharusnya disertai dengan perencanaan yang matang dan tidak merusak lingkungan.
Ia menegaskan bahwa food estate bukanlah solusi mutlak, dan membuka lahan secara sembrono bukanlah pendekatan yang tepat.