Namun, pada saat itu, pemerintah Pakistan melarang pertemuan publik dan demonstrasi untuk meredam protes atas tuntutan bahasa Bangla.
Kemudian, mahasiswa Universitas Dhaka dan masyarakat umum mengadakan aksi unjuk rasa untuk menuntut pengakuan bahasa Bangla.
Jauh setelah Bangladesh berdiri, Rafiqul Islam mengajukan usulan ke parlemen Bangladesh untuk merayakan Hari Bahasa Ibu Internasional.
Setelah itu, pemerintah Bangladesh mengajukan proposal resmi ke UNESCO untuk menetapkan Hari Bahasa Ibu Internasional.
Sejak saat itu, Majelis Umum UNESCO ke 30 meresmikan bahwa tanggal 21 Februari sebagai Hari Bahasa Ibu Internasional pada 17 November 1999.
Penetapan Hari Bahasa Ibu Internasional bertujuan untuk menghormati para martir yang gugur dalam memperjuangkan bahasa Bangla di tahun 1952.
Kemudian, pada peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional, biasanya para warga Bangladesh mengunjungi Shaheed Minar, sebuah monumen yang mengenang para martir bahasa Bangla.
Demikian, dua peringatan ini merupakan hari yang penting bagi Bangladesh dan dunia yang bertujuan untuk melestarikan budaya. (ana)