KORANMANDALA.COM- Monyet-monyet keluar dario habibatnya. Hewan ini berkeliaran di sejumlah tempat di kota Bandung. Ada pertanda akan terjadi bencana?
Warga Bandung beberapa hari terakhir ini dihebohkan dengan fenomena monyet monyet atau kera yang secara tiba-tiba muncul di sejumlah wilayah kota bandung. Salah satu penyebab monyet turun ke kota yang perlu diwaspadai adalah pertanda bakal terjadi bencana.
Jika kemungkinan bahaya ini benar terjadi, misalnya ada bencana alam maka warga Bandung Utara, Bandung Timur dan Cimahi segera menyelematkan diri ke arah selatan di sekitar Soreang atau Ciwidey. Saran tersebut ramai diunggah sejumlah akun di Tiktok maupun platform media sosial lainnya. Video mengenai fenomena monyet ini dikaitkan dengan adanya sesar Lembang.
Sementara itu, mengutip laman itb.ac.id, pertanda akan terjadi bencana merupakan salah satu dari tiga kemungkinan para monyet keluar dari habibatnya. Kurator Museum Zoologi Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati, Institut Teknologi Bandung (SITH ITB), Ganjar Cahyadi, S.Si., menjelaskan dua kemungkinan lain adalah mungkin hewan ini mencari makan ke tempat lain karena di tempat sebelumnya sumber daya makanan menipis sementara populasinya banyak.
BACA JUGA: VIRAL Kawanan Monyet Muncul di Pemukiman dan Jalan Raya Dago, Kota Bandung, Pertanda Apa?
Sedangkan penyebab ketiga, mungkin adanya kompetisi dengan kelompok monyet lainnya. Menurut Ganjar, yang perlu diwaspadai adalah kemungkinan pertama. Hewan seperti monyet memiliki insting yang kuat terhadap kemungkinan tanda bahaya.
“Jika kelompok monyet tersebut merasakan ada tanda bahaya dari alam sehingga menjauh dari habitatnya maka harus diwaspadai,” ujar Ganjar.
Jarak waktu terjadinya bencana dari berpindahnya hewan tersebut biasanya relatif cepat. Hal ini karena primata tersebut memiliki insting yang lebih kuat.
“Biasanya bencana tidak akan terlalu lama (dari kepergian mereka dari habitatnya). Namun, jika tidak ada kejadian bencana, penyebabnya mungkin hal lain,” katanya.
Penyebab kedua, menurut Ganjar, hewan ini membentuk kelompok-kelompok. Biasanya satu jantan mengetuai satu kelompok. Apabila penyebabnya adalah kompetisi antar kelompok, satu kelompok yang kalah akan menghindari kawasan sebelumnya. “Bisa jadi kawasan perkotaan itu dianggap ‘kosong’ atau tidak dikuasai oleh kelompok lain,” tuturnya.
Hingga kemarin, Senin (4/3/2024), kawanan monyet tersebut masih terlihat di permukiman warga Kota Bandung dan areal lainnya. Mereka berpindah-pindah dari genting, kabel, hingga memasuki area luar rumah warga.
Satu kawanan monyet liar itu terpantau di beberapa tempat, seperti di Sukaluyu, Simpang Dago, Kompleks Dago Asri, Pahlawan, dan Pussenif, Jalan Katamso.
MONYET EKOR PANJANG
Ketika monyet ekor panjang memasuki pemukiman, Ganjar mengimbau warga agar tidak mengganggu, menyudutkan, atau memberi makan mereka. Hal ini dilakukan agar hewan tersebut tidak mengalami perubahan perilaku yang mengancam manusia.
Perubahan perilaku itu dapat terjadi karena monyet ekor panjang memiliki tingkat kemampuan adaptasi yang lebih tinggi daripada primata lainnya. Oleh karena itu, pergerakannya cenderung bebas hingga ke area permukiman. Mereka pun dapat bergerak dengan bebas di perkotaan meski tidak ada vegetasi sehingga dapat naik ke genteng, kabel, dan sebagainya.
“Jika diberi makanan, monyet bisa jadi tidak takut lagi kepada manusia. Bahkan sebaliknya meminta-minta makanan hingga pergeseran perilaku seperti ‘mencuri’. Misalnya, ketika ada warga yang membawa tentengan, mereka mengejar karena mengira itu makanan,” ujarnya.
Selama tidak mengganggu dan membahayakan seperti menyakar atau menggigit, warga diimbau untuk membiarkan saja hewan tersebut.
“Meski mereka primata arboreal (primata yang sebagian besar hidupnya dihabiskan di atas pepohonan), mereka pun bisa juga berpindah di atas tanah bahkan bisa juga berenang. Karena itu, jika diberi ruang seperti diberi makan, diganggu, dan disudutkan, khawatirya akan mengubah perilakuknya sehingga lebih mengancam manusia,” tuturnya.
BACA JUGA: Masuki Puncak Musim Penghujan, Bambang Tirtoyuliono Minta Diskar PB Antisipasi Bencana Alam
Oleh karena itu, kata Ganjar, ketika hewan tersebut tidak menemukan kondisi ideal untuk tinggal di perkotaan, mereka akan kembali lagi ke tempat asalnya. “Karena secara alami mereka tinggalnya di sana, tidak di sini (permukiman warga),” katanya.
Namun, untuk penyebab pastinya, kata beliau, perlu dilakukan pengecekan langsung. Beliau pun sudah berdiskusi dengan pihak Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat yang menangani kasus tersebut dan saat ini tengah dilakukan pengecekan.
Jika terjadi situasi yang mengancam, beliau mengimbau warga agar melaporkan hal tersebut kepada pihak terkait, salah satunya BBKSDA Jabar, untuk dapat ditangani.