KORANMANDALA.COM – Menteri Ekstremis Warisan Israel, Amichai Eliyahu menyatakan keinginan untuk ‘menghapuskan’ bulan suci Ramadhan dan memperkirakan peningkatan ketegangan di Tepi Barat yang diduduki serta di Jalur Gaza.
Komentar tersebut Amichai Eliyahu sampaikan dalam sebuah wawancara dengan Radio Angkatan Darat rezim tersebut menjelang bulan suci umat Islam, yang akan dimulai sekitar 10 Maret.
“Apa yang disebut bulan Ramadhan harus dihilangkan, dan ketakutan kita terhadap bulan ini juga harus dihilangkan,” kata Eliyahu.
Baca Juga : Jelang Ramadhan 2024, Inilah 20 Merek Kurma dari Israel yang Perlu dapat Perhatian
Pernyataan tersebut muncul setelah laporan keamanan Israel terbaru mengungkapkan kekhawatiran rezim terhadap eskalasi situasi di Tepi Barat yang diduduki dan Al-Quds Timur selama bulan Ramadhan, yang disebabkan oleh aksi genosida Israel di Gaza dan pembatasan yang diberlakukan oleh rezim Tel Aviv terhadap Masjid Al-Aqsa selama bulan suci tersebut.
Masjid ini merupakan salah satu situs paling suci bagi umat Islam dan biasanya ramai oleh ratusan ribu jamaah, terutama selama bulan Ramadhan.
Baca Juga : Sejatinya Bangsa Israel Itu Pengecut dan Penakut
Bulan lalu, Channel 13 Israel melaporkan bahwa Perdana Menteri Benjamin Netanyahu telah memerintahkan pembatasan akses warga Palestina ke Masjid Al-Aqsa selama bulan Ramadan, terutama pada hari Jumat.
Langkah ini dianggap sangat provokatif dan berbahaya oleh banyak pengamat dan kelompok hak asasi manusia, terutama setelah serangkaian agresi militer oleh rezim terhadap Gaza sejak 7 Oktober.
Namun, Eliyahu, dalam wawancaranya, mengatakan bahwa potensi ketegangan selama bulan suci Ramadan di Gaza dan Tepi Barat yang terkena dampak perang seharusnya diabaikan oleh rezim.