Senin, 16 Desember 2024 5:53

KORANMANDALA.COM – Telkom University (Tel-U) menyiapkan 29 Center of Exelence (CoE) untuk sarana pengembangan inovasi dan riset, teknologi untuk kehidupan masyarakat.

Kepala Bagian Penelitian Tel-U Faisal Budiman menyebutkan dibentuknya 29 CoE ini untuk pengembangan dan menunjang visi misi sebagai salah satu kampus swasta unggul di tahun 2028.

Dia juga menyebutkan, jumlah 29 ini bertambah dari tahun sebelumnya yang hanya 15 unit. Dengan bertambahnya unit pusat unggulan ini dia berharap bisa meningkatkan iklim riset yang baik bagi civitas akademika di lingkungan Kampus Telkom University.

“Ini sebagai bentuk invest in people, atau pengembangan riset dan inovasi untuk kehidupan masyarakat mendatang,” kata Faisal Rabu 6 Maret 2024.

Kata dia, kedepannya CoE yang ada saat ini juga akan membawahi divisi riset dan inovasi di setiap penelitian yang ada di Tel-U. Tapi dia juga menegaskan bahwa pusat unggulan yang didirikan tidak bersifat linier untuk satu disiplin ilmu saja, tapi terbuka untuk lintas disiplin ilmu.

“Nantinya, setiap anggota riset tidak akan terbatas hanya di satu disiplin ilmu saja, tapi juga akan diisi oleh akademisi yang bersinggungan dengan riset tersebut, misal ada riset soal lingkungan, itu tidak akan diisi oleh bidang lingkungan saja tapi bisa di satukan dengan ilmu bisnisnya, sehingga riset yang dilakukan bisa berjalan dengan baik,” ucapnya.

Terang dia, 29 CoE ini akan mencakup berbagai bidang penelitian dan riset, seperti di bidang energi, pertanian dan lingkungan.

“Cakupan risetnya akan di berbagai sektor yang pastinya akan berdampak pada pengembangan ilmu pengetahuan dan masyarakat pada umumnya,” ucapnya.

Di tempat yang sama Indra Chandra dari Fakultas Teknik Elektro Telkom University menjelaskan tantangan komprehensif dalam pengelolaan lingkungan.

“Di daerah hulu terdapat dua hal, yaitu ketergantungan alat impor, di mana belum ada produk lokal terkait instrumentasi analytic atau pengembangan sensor, sementara microsensor ini merupakan adaptasi pengembangan teknologi yang diharapkan bisa langsung digunakan. Hal lainnya adalah kapasitas sumber daya manusia, salah satunya melalui pelatihan-pelatihan khusus,” jelasnya.

Dia mengulas, untuk daerah ‘tengah’ meliputi kesinambungan penggunaan alat dan stasiun ukur, di mana di sini diharapkan adanya laboratorium lokal yang bisa digunakan untuk keberlanjutan project, karena rasanya bila project selesai, maka alat pun akan selesai juga.

Kemudian, kata Indra, ketiadaan dan keterbatasan data yang memadai dan tersedia juga harus menjadi pertimbangan dan selanjutnya adalah keberlanjutan keuangan.

Sementara untuk daerah hilir, ada empat hal, yaitu pengembangan standar dan protokol, kebijakan nasional dan sinkronisasi dengan program internasional, penegakan hukum, dan partisipasi masyarakat yang kurang.

Indra juga menjelaskan bahwa polusi udara ini tidak hanya dari satu sumber saja, tetapi banyak, diantaranya adalah dari industri-industri yang ada, serta kendaraan, bahkan dari pembakaran pun ikut andil.

“Ketika hujan mungkin tidak akan terlihat polusi yang ada, karena berpindah dari udara ke daratan melalui hujan, manusia tidak akan tahu, tapi akan terlihat pada bangunan-bangunan yang terkena hujan asam,” pungkasnya. (dwi)***




Sumber:

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News dan KoranMandala WA Channel
Exit mobile version