KORANMANDALA.COM – Kurma biasa dikonsumsi umat Islam saat berbuka puasa selama Ramadhan.
Belum lama ini Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengimbau masyarakat untuk tidak membeli kurma ‘Israel’.
“Tidak ada impor kurma dari ‘Israel’. Tidak ada. Data BPS [Badan Pusat Statistik] menunjukkan bahwa kurma yang kami impor sebagian besar berasal dari Tunisia, Mesir, Iran, dan Arab Saudi,” kata Amalia Adininggar Widyasanti, penjabat kepala BPS dalam konferensi pers pada Jumat 15 Maret 2024.
Amalia mencatat bahwa impor kurma Indonesia pada Februari 2024 mencapai nilai $17,18 juta, meningkat sebesar 25,77 persen dari bulan sebelumnya yang mencapai $13,66 juta pada Januari.
Dengan demikian, total impor kurma Indonesia dalam dua bulan pertama tahun 2023 mencapai $30,84 juta.
Sebagian besar impor kurma, sekitar 58 persen, berasal dari Tunisia dan Mesir selama Januari-Februari. Impor dari Tunisia mencapai $9,15 juta, sementara dari Mesir mencapai $8,74 juta.
Ada juga impor dari Iran senilai $2,87 juta dan dari Arab Saudi sebesar $2,66 juta pada periode yang sama. Negara lain menyumbangkan kurma senilai sekitar $7,42 juta, atau sekitar 24,07 persen dari total impor.
Meskipun Indonesia tidak menjalin hubungan diplomatik dengan ‘Israel’, data Kementerian Perdagangan menunjukkan adanya perdagangan bilateral yang tercatat sebesar $187,7 juta pada tahun 2023. Pada Januari 2024, perdagangan bilateral tersebut mencapai $20,2 juta.
Secara keseluruhan, impor kurma Indonesia pada tahun ini mengalami penurunan. Pada Februari 2023, impor kurma mencapai $19,34 miliar.- ***