Adapun awal mula pembangunan Jembatan Cincin dilatarbelakangi oleh rencana ambisius pemerintah Hindia Belanda untuk menghubungkan Sumedang dengan Rancaekek dan Citali melalui jalur kereta api.
Belanda mengharapkan, jalur dapat memperlancar perdagangan hasil bumi dari Sumedang ke Batavia (Jakarta) dan meningkatkan ekonomi wilayah tersebut.
Sayangnya, rencana pembangunan jembatandengan konstruksi lengkungan beton bertulang yang kokoh, dengan tinggi mencapai 20 meter dan panjang 40 meter itu, tidak sepenuhnya rampung.
Itu terjadi karena ada krisis keuangan yang melanda Hindia Belanda pada tahun 1920-an.
Kini, jembatan Cincin yang masih berdiri kokoh di Jatinangor dan menjadi saksi bisu sejarah panjang perkeretaapian di Indonesia.
Jembatan Cincin kini menjadi landmark ikonik dan objek wisata yang menarik perhatian banyak pengunjung, dengan segala ceritanya yang berbau horor, mistis dan membuat bulu kuduk berdiri. (ape)***