KORANMANDALA.COM – Baru-baru ini viral di media sosial, 971 pasangan suami istri atau pasutri di Bojonegoro mengajukan cerai. Salah satu penyebabnya akibat terlibat judi online yang diduga menjadi akar ketidakharmonisan dalam rumah tangga.
Angka perceraian di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, tercatat tinggi dengan 971 pasangan yang mengajukan perceraian antara Januari hingga April 2024.
Dari jumlah tersebut, 722 perkara merupakan cerai gugat oleh pihak istri, sementara 249 perkara merupakan cerai talak oleh pihak suami.
Jumlah ini meningkat dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya, yang hanya mencapai 807 perkara.
Baca Juga : Karyawan Hotmen Tajur Bogor Gelapkan Ratusan Juta, Untuk Judi Online dan Bayar Hutang
Panitera dari Pengadilan Agama Bojonegoro, Solikin Jamik menyampaikan faktor utama yang menyebabkan istri menggugat cerai suami adalah kecanduan judi online, yang menjadi masalah serius di wilayah tersebut.
Kecanduan judi online dianggap sebagai cara cepat untuk mencapai impian tanpa upaya keras, yang menyebabkan dampak negatif bagi banyak orang.
“Ternyata problem utamanya dari si laki-laki itu ingin mendapatkan sesuatu dengan cara yang lebih cepat tanpa harus kerja keras. Misalnya sekarang yang sedang viral dan salah satu yang mudah adalah judi online,” ungkapnya.
Baca Juga : Profil Katherine Aureyena, Selebgram Cantik yang Diduga Promosikan Judi Online
Mengapa Judi Online Bikin Candu?
Menurut Dr. Jimy Hardian, seorang dokter kejiwaan sekaligus psikiater, kecanduan judi adalah masalah serius yang dapat dikategorikan sebagai gangguan kejiwaan.
Istilah “pathological gambling” atau berjudi secara patologis merujuk pada perilaku berjudi yang repetitif, bahkan ketika seseorang telah mengalami konsekuensi negatif.
Faktor yang mendorong kecanduan ini, menurutnya, terletak pada reward system di otak manusia.
Reward system adalah bagian kompleks dari sistem saraf kita yang terhubung dengan motivasi, memori, impuls, dan rasa nyaman.
“Reward system ini aktif ketika ada sesuatu yang memperbesar potensi kita untuk meneruskan generasi secara genetik,” ungkapnya dalam YouTube dr Jiemi Artian.
Saat sistem ini aktif, otak kita melepaskan zat kimia yang disebut dopamin, yang menciptakan sensasi menyenangkan.