KORANMANDALA.COM – Pemerintah Papua Nugini akan secara resmi mengakhiri proses pencarian korban bencana longsor pada Jumat (7/6). Peristiwa bencana longsor yang terjadi pada Jumat (24/5) dua pekan lalu ini memakan setidaknya 2.000 korban jiwa, menurut perhitungan pemerintah setempat.
Belum terdapat angka yang pasti terkait jumlah korban bencana tersebut. Jika pemerintah Papua Nugini memperkirakan 2.000 jumlah korban, badan migrasi PBB — International Organization for Migration (IOM) — memperkirakan jumlah korban di angka 670 jiwa.
Papua New Guinea Tribal Foundation, sebuah lembaga nonprofit setempat, memiliki perkiraan yang lebih rendah lagi di angka 200 sampai 600 jiwa, dilansir dari The New York Times. Kesulitan memperkirakan jumlah korban ini disebabkan oleh lokasi bencana yang terpencil dan data kependudukan yang tidak lengkap.
Sembilan Korban Ditemukan
Dilansir dari Global News, IOM mengumumkan bahwa sampai hari Minggu (1/6), usaha pencarian baru berhasil menemukan sembilan jenazah korban. Akses jalan yang sulit dan cuaca buruk mempersulit pengiriman alat-alat berat untuk membantu proses pencarian, sehingga tim penyelamat terpaksa menggunakan alat-alat sederhana untuk menggali reruntuhan desa yang tertimbun.
“Jenazah yang tidak berhasil ditemukan akan dinyatakan hilang, dan lokasi tanah longsor akan dijadikan situs kuburan massal dengan didirikan monumen,” ujar seorang juru bicara IOM pada Rabu (5/6).
Kondisi tanah lokasi bencana longsor yang masih tidak stabil dan menjadi risiko bagi tim penyelamat menjadi alasan utama penghentian proses pencarian korban. Setelah periode tersebut terakhir, otoritas setempat akan membatas akses ke situs bencana untuk menghindari risiko penularan penyakit dari jenazah yang membusuk.
Baca Juga: Bencana Longsor Papua Nugini Kubur 2.000 Orang Hidup-Hidup
PBB juga menyatakan bahwa air yang mengalir di bawah reruntuhan telah mengotori sumber air pedesaan setempat.
UNICEF, badan kemanusiaan PBB, beserta organisasi internasional lainnya telah berada di lapangan untuk menyediakan bantuan kemanusiaan bagi penyintas bencana longsor. Indonesia dan negara-negara sahabat juga telah menjanjikan bantuan untuk proses evakuasi dan rekontruksi bencana longsor tersebut.