KORANMANDALA.COM – Dewan Keamanan Persatuan Bangsa-Bangsa (DK PBB) menyetujui rencana gencatan senjata antara Israel dan Hamas dalam pemungutan suara yang diadakan Senin (10/6). Resolusi tersebut disetujui oleh 14 dari 15 anggota DK PBB dengan Rusia sebagai satu-satunya anggota yang memilih abstain.
Dilansir dari Associated Press, resolusi tersebut menuntut Israel dan Hamas untuk mematuhi proposal gencatan senjata yang disponsori oleh Amerika Serikat tanpa penundaan dan persyaratan.
Juru bicara Hamas Jihad Taha menyambut resolusi DK PBB tersebut dan menyatakan bahwa kelompoknya siap bekerja dengan mediator untuk melakukan negosiasi dengan Israel. Akan tetapi, ia juga mengatakan bahwa Israel “mengulur-ulur waktu dan menunda-nunda serta menciptakan hambatan demi melanjutkan serangan mereka.”
Pejabat senior Hamas lain, Sami Abu Zuhri, mengatakan kepada Reuters bahwa kelompoknya menerima resolusi gencatan senjata tersebut dan siap menegosiasikan detailnya. Ia menyatakan bahwa pihaknya siap memenuhi poin-poin resolusi perihal gencatan senjata, penarikan pasukan Israel, dan pertukaran tawanan.
Abu Zuhri juga menyatakan bahwa pada titik ini, tergantung kepada Amerika untuk memastikan bahwa Israel mematuhi resolusi gencatan senjata tersebut.
Posisi Israel Masih Diragukan
Pernyataan Hamas ini bertolak belakang dengan pernyataan Duta Besar Amerika Serikat untuk PBB Linda Thomas-Greenfield yang menyatakan bahwa Israel sudah menerima perjanjian gencatan senjata tersebut.
“Pertempuran ini dapat berhenti hari ini jika Hamas melakukan hal yang sama,” ujar Thomas-Greenfield.
Akan tetapi, pernyataan Thomas-Greenfield justru berbeda dengan pernyataan banyak pejabat pemerintah Israel.
Seorang pejabat pemerintah Israel menyatakan kepada Associated Press bahwa negaranya akan melanjutkan serangan sampai semua sandera dikembalikan dan kapabilitas militer dan pemerintahan Hamas dihancurkan.
Diplomat Israel Reut Shapir Ben Naftaly juga mengatakan bahwa “Israel tidak akan terlibat dalam perundingan yang sia-sia dan tanpa akhir.”
Baca Juga: Netanyahu: Biden Berbohong Soal Gencatan Senjata di Gaza
Pernyataan-pernyataan ini konsisten dengan posisi Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Pada pekan lalu, ia menyatakan bahwa Israel tidak akan menyetujui gencatan senjata permanen sampai tujuannya menghancurkan kapabilitas militer dan pemerintahan Hamas tercapai.
“Kita tidak akan menghentikan perang selama 42 hari untuk mengembalikan para sandera. Kita tidak boleh menghentikan perang,” ujar Netanyahu.