KORANMANDALA.COM – Presiden Rusia Vladimir Putin dan Pemimpin Tertinggi Korea Utara Kim Jong Un menandatangani perjanjian pakta pertahanan pada Rabu (19/6). Perjanjian ini menetapkan bahwa jika salah satu negara menghadapi invasi, negara lain harus mengerahkan “bantuan militer dan bantuan lainnya” dengan “segala cara dan tanpa penundaan”.
Penandatanganan pakta pertahanan ini menjadi bagian dari lawatan pertama Putin ke Pyongyang dalam 24 tahun. Kedua negara juga sepakat untuk memperdalam hubungan bilateral di bidang keamanan, perdagangan, investasi, budaya, dan kemanusiaan.
Dilansir dari Associated Press, Amerika Serikat (AS) mengkhawatirkan kemungkinan Korea Utara mengirimkan amunisi yang dibutuhkan Rusia dalam invasinya di Ukraina. AS juga mengkhawatirkan kemungkinan Ruia memberikan transfer teknologi yang dapat meningkatkan ancaman senjata nuklir dan program misil Korea Utara.
Sebelumnya, Korea Utara pernah menandatangani perjanjian pakta pertahanan dengan Uni Soviet pada 1961. Akan tetapi, perjanjian tersebut dibatalkan saat Uni Soviet runtuh, digantikan dengan perjanjian yang lebih lemah pada tahun 2000.
Baik Rusia maupun Korea Utara sedang mendapatkan tekanan dan sanksi dari dunia internasional. Korea Utara mengalami isolasi karena program senjata nuklirnya, sedangkan Rusia karena serangannya ke Ukraina sejak 2022.
Korea Selatan Pertimbangkan Kirim Senjata untuk Ukraina
Perkembangan kerja sama Rusia-Korea Utara ini ditanggapi keras oleh pemerintah Korea Selatan.
“Tidak masuk akal bahwa dua pihak yang memiliki sejarah melancarkan perang invasi – Perang Korea dan perang di Ukraina – kini memiliki perjanjian kerja sama militer dengan dalih serangan oleh komunitas internasional tidak akan pernah terjadi,” ujar Kantor Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol.
Kantor Yoon juga mengatakan bahwa perjanjian terebut merupakan ancaman bagi negaranya dan melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB.
Dilansir dari Associated Press, penasihat keamanan Yoon, Chang Ho-jin, menyatakan bahwa negaranya akan mempertimbangkan kemungkinan negaranya mengirimkan senjata kepada Ukraina untuk melawan invasi Rusia.
Putin merespon pernyataan ini dengan memperingatkan Korea Selatan bahwa mengirimkan senjata ke Ukraina akan menjadi “kesalahan besar”. Putin juga mengatakan bahwa Korea Selatan tidak perlu mengkhawatirkan perjanjian tersebut, selama mereka tidak merencanakan serangan ke Korea Utara.
Namun, jika Korea Selatan melanjutkan rencananya mengirimkan senjata ke Ukraina, hal tersebut akan menghasilkan “keputusan yang tidak akan disukai oleh pemimpin Korea Selatan.”