KORANMANDALA.COM – Direktur Network dan IT Solution Telkom Indonesia, Herlan Wijanarko, menjelaskan skema pemulihan migrasi data yang dilakukan pemerintah sebagai dampak dari serangan siber ransomware pada Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 di Surabaya. Ia menyebutkan bahwa proses pemulihan dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama melibatkan layanan yang memiliki cadangan data, sementara tahap kedua untuk layanan tanpa cadangan data.
“Kami telah mengidentifikasi tenant yang masih memiliki cadangan data di lokasi Surabaya maupun Batam. Sebanyak 44 tenant ini kami masukkan dalam tahap pemulihan pertama,” ujar Herlan dalam konferensi pers di Jakarta, dilansir Kamis, 27 Juni 2024.
Herlan menjelaskan bahwa tenant yang memiliki cadangan data telah dihubungi dan dibantu untuk mengaktifkan kembali layanan publik mereka melalui fasilitas sementara yang didukung oleh PDNS 1 di Serpong, Tangerang Selatan, serta pusat data cadangan di Kepulauan Riau.
Untuk tahap kedua, Herlan menyebutkan bahwa pihaknya telah menghubungi 238 tenant lainnya yang belum memiliki kejelasan mengenai cadangan data.
Hasilnya, beberapa tenant memiliki cadangan data lokal, namun ada juga yang tidak aktif atau tidak dapat diverifikasi.
“Untuk tahap kedua, jika tidak ada cadangan data, kami akan mereset ulang. Kami siapkan lingkungan baru sebagai pengganti PDNS 2 yang sudah kami kunci, dengan pengamanan yang dibantu oleh BSSN,” jelasnya.
Herlan menegaskan bahwa data yang tertahan di PDNS 2 akibat serangan siber telah diisolasi oleh pemerintah, sehingga tidak dapat disalahgunakan oleh pembuat ransomware. Sistem PDNS 2 telah diisolasi secara teknis, membuat data di dalamnya tidak bisa diakses sama sekali.
“Data tersebut terenkripsi dan sekarang PDNS 2 telah diisolasi. Tidak ada yang bisa mengaksesnya dari luar, jadi insyaallah data tidak bisa disalahgunakan,” ujarnya.
Ia juga menjelaskan bahwa data yang sudah terkena ransomware tidak bisa dipulihkan. Untuk beberapa layanan krusial, pemulihan dilakukan dengan data terbatas yang ada di PDNS 1 dan pusat data cadangan di Batam.
“Kita menggunakan sumber daya yang masih kita miliki karena data yang sudah terkena ransomware tidak bisa dipulihkan,” tambah Herlan.- ***