KoranMandala.com – Pemimpin oposisi di Venezuela mendesak Nicolás Maduro untuk menerima kenyataan bahwa kekuasaannya akan berakhir, di tengah protes besar-besaran menolak klaim kemenangannya dalam pemilihan presiden.
Meskipun otoritas pemilu yang dikendalikan pemerintah mengumumkan kemenangan Maduro, oposisi menuduh adanya kecurangan.
María Corina Machado, aktivis konservatif yang mendampingi calon oposisi Edmundo González Urrutia, menegaskan bahwa mereka memiliki bukti González meraih 73,2% suara.
Machado menyatakan Maduro harus menerima kekalahan dan mengakhiri kekuasaannya yang telah berlangsung selama 11 tahun.
Maduro, yang terpilih setelah kematian Hugo Chávez pada 2013, menyatakan kemenangannya “tidak dapat diubah” meski banyak yang meragukan keabsahan klaim tersebut.
Oposisi menuduh bahwa hasil resmi menyebut Maduro menang dengan 5,1 juta suara, padahal bukti mereka menunjukkan González memperoleh 6,2 juta suara.
Ribuan demonstran turun ke jalan-jalan Caracas dan kota lainnya, banyak di antaranya berasal dari kawasan kumuh yang sebelumnya mendukung Chavismo.
Mereka mengecam kecurangan pemilu dan menganggap kemenangan Maduro sebagai penipuan.
Beberapa pengunjuk rasa dari komunitas kumuh Petare menyatakan bahwa rakyat sudah bosan dengan kemiskinan di bawah pemerintahan Maduro.
Protes di berbagai wilayah Venezuela berlangsung keras dengan bentrokan antara demonstran dan pasukan keamanan serta kelompok pro-Maduro.
Laporan di media sosial menggambarkan pawai dari komunitas miskin yang berujung pada bentrokan. Patung-patung Hugo Chávez dirusak, dan bandara internasional Maiquetía sempat diserbu pengunjuk rasa.
Di tengah ketegangan, Maduro menuduh oposisi dan pihak asing berusaha menggulingkannya melalui kekerasan.
Sementara itu, AS dan Organisasi Negara-negara Amerika mengkritik hasil pemilu, sedangkan negara-negara seperti Rusia dan China mendukung klaim kemenangan Maduro, mendesak oposisi untuk menerima kekalahan dan menghentikan upaya mengganggu stabilitas Venezuela.- ***