KoranMandala.com – Perdagangan karbon adalah mekanisme yang bertujuan mengurangi emisi gas rumah kaca dengan memberikan kuota emisi kepada entitas seperti perusahaan atau negara, yang dikenal sebagai kredit karbon. Jika suatu entitas menghasilkan emisi di bawah kuotanya, sisa kredit karbon tersebut dapat diperjualbelikan kepada pihak lain yang membutuhkan.
Demikian disampaikan oleh Pemerhati Isu Lingkungan, Bobby Fachrizal Assiddiq, dalam keterangan tertulis yang diterima redaksi pada Kamis, 12 September 2024.
“Tujuan utama perdagangan karbon adalah mendorong perusahaan dan negara untuk mengurangi emisi gas rumah kaca mereka,” ungkap Bobby.
Baca Juga:Perdagangan Karbon sebagai Solusi Mitigasi Perubahan Iklim
Blockchain untuk Transparansi dan Efisiensi
Bobby menekankan bahwa untuk memastikan keberhasilan perdagangan karbon, teknologi yang mendukung transparansi dan efisiensi sangat dibutuhkan. Salah satu teknologi yang disebutkan adalah blockchain, yang memiliki potensi untuk merevolusi cara perdagangan karbon dilakukan.”
Blockchain memungkinkan pencatatan transaksi yang aman, transparan, dan terdesentralisasi, yang pada akhirnya mengefisienkan proses perdagangan karbon,” jelas Bobby.
Sementara itu, Thalhah Fakhrizal, Direktur Utama PT Jabar Telematika, menjelaskan bahwa sejak diperkenalkan pada 2008 sebagai teknologi dasar Bitcoin, blockchain telah banyak digunakan di berbagai sektor seperti manajemen rantai pasokan, keuangan, dan energi desentralisasi.
Blockchain bekerja melalui serangkaian blok data yang saling terhubung, di mana setiap blok menyimpan informasi transaksi, serta menggunakan mekanisme konsensus untuk memvalidasi dan mengamankan transaksi.
Manfaat Blockchain dalam Perdagangan Karbon
Thalhah menambahkan bahwa blockchain dapat memberikan solusi efektif untuk sistem perdagangan karbon yang transparan, terlacak, dan aman. Manfaat utamanya termasuk kemampuan untuk melacak asal-usul kredit karbon dan mencegah “double counting” atau penjualan ganda kredit karbon.
“Blockchain memastikan bahwa setiap kredit karbon hanya diperjualbelikan sekali, menjaga integritas data dan mencegah manipulasi,” jelas Thalhah.
Lebih jauh, Thalhah juga menjelaskan bagaimana blockchain dapat meningkatkan efisiensi melalui penerapan smart contract. Kontrak pintar ini memungkinkan proses jual-beli karbon dilakukan secara otomatis, mengurangi waktu dan biaya transaksi. Selain itu, perdagangan energi terbarukan secara peer-to-peer juga dapat difasilitasi tanpa birokrasi yang rumit.