KoranMandala.com – Calon Walikota Bandung, Dandan Riza Wardana menyoroti bahwa saat ini anak muda susah mengemukakan pendapat.
Hal ini ia sampaikan di diskusi calon kepala daerah yang digelar oleh Rengasdengklok Project di Bagi Kopi Jl. Guntursari Wetan No.22 Kota Bandung.
Calon Wali Kota Bandung Nomor Urut 1 itu menegaskan bahwa saat ini anak muda baru ngomong sedikit atau memgkritik langsung ditangkap.
Lewat ‘Ikrar Babakti ka Rakyat’ Pasangan Dandan-Arif Daftar di KPU Kota Bandung
“Kalau saya jadi Walikota, anak muda bebas mengkritik tanpa harus takut dipenjara karena memang jangan takut harus berani,” tegasnya.
Namun demikian, Dandan memberikan catatan bahwa anak muda juga harus berprestasi dan beretika.
Kebijakan 5 hari kerja merusak bangsa.
Kemudian Lulusan APDN (sekarang IPDN) ini juga mengkritik kebijakan 5 hari kerja yang menurutnya merusak tatanan masyarakat.
“Karena kebijakan 5 hari kerja orang-orang jadi kehilabgan kesempatan untuk bersosialisasi,” bebernya.
Pasalnya sebut Dandan, orang tua jadi sibuk, berangkat pagi pulang malam hari dan tak sempat bertemu dengan anak.
“Pulang sangat malam saat anak sudah tidur. Akibatnya interaksi anak dan orang tua sangat kurang. Akibatnya muncul genk motor dan berbagai bentuk kenakalan remaja,” jelasnya.
Pernah dipenjara
Putra dari mantan Walikota Bandung Ateng Wahyudi ini juga mengaku pernah dipenjara pada 2017 lalu.
Akibat OTT kasus suap, Eks Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Bandung itu divonis 1 tahun penjara.
Eks Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Bandung itu divonis 1 tahun penjara.
“Saya pernah dipenjara. Sebagai calon pemimpon harus jujur. Kasus suap, OTT, tapi di pengadilan tidak terbukti ada penyuapnya dan tidak ada kerugian negara,” ujarnya.
Maju Jadi Bakal Calon Walikota Bandung, Dandan Riza Wardana: Jadikan Kota Ini Liveable dan Loveable
Bertekad mengentaskan kemiskinan di Kota Bandung
Selama dibui, Dandan bercerita banyak menemukan kasus orang dipenjara karena kemiskinan memaksa mereka melakukan pelanggaran hukum
Dandan pun bertekad mengubahnya. “Saya bertekad ingin membela orang-orang miskin tertindas,” tegasnya.
Meski awalnya Dandan berpikir mengabdi pada masyarakat tak harus jadi pejabat tapi berkat dorongan dari anaknya maka ia berani mencalonkan diri.
“Setelah dapat dorongan anak akhirnya saya memutuskan untuk maju di Pilwalkot,” tandasnya. ***