KoranMandala.com – Kang Dedi Mulyadi (KDM) mengungkapkan keprihatinannya terkait wanita Sunda yang dianggap murahan dan matre, akibatnya perempuan priangan sering direndahkan.
Hal tersebut diungkapkannya dalam workshop pimpinan dan anggota Fraksi Golkar DPRD Jabar dan DPRD Kabupaten/Kota se-Jabar di Hotel Aryaduta Bandung, Kamis 24 Oktober 2024.
Menurut Calon Gubernur Jabar nomor urut 4 itu, penyebabnya adalah biaya seorang pria menikahi wanita Sunda biasanya lebih rendah dibanding suku lainnya.
Dedi Mulyadi Tugaskan Erwan Setiawan Fokus Naikkan Elektabilitas di Cimahi
“Rugi sekali Jawa Barat perempuannya dianggap matre tapi pas dikawin murah, padahal di Bugis misalnya ada uang panai yang sangat mahal,” jelasnya.
“Wanita Jawa Barat cukup dengan mukena dan sajadah mau dikawin,” tambahnya kemudian dengan ekspresi prihatin.
Dampaknya adalah kemiskinan ekstrim, menurut KDM jika wanita itu diceraikan ketika sudah punya anak malah jadi beban orang tuanya.
“Saya pernah lihat anak 17 tahun menikah punya anak 2, laki-lakinya pergi kabur kawin lagi,” tuturnya.
KDM menyebut negara sudah melakukan pembiaran lewat mudahnya izin hajatan pernikahan yang dikeluarkan Desa.
“Padahal masih miskin, kalo mau kawin pastikan dulu kerja apa, penghasilan berapa nah giliran susah itu tanggung jawab negara,” tegasnya.
Lanjut KDM menyoroti perkara kemiskinan ekstrim di Jabar diperparah dengan sikap warganya yang menerima takdir.
“Jawa Barat paling subur tanahnya dan warganya nurut baik terima takdir,” bebernya.
KDM menyoroti sikap ini sangat berbeda dengan kecenderungan suku lain, ia pun membandingkan kasus Ferdy Sambo dan Vina Cirebon.
“Dulu kasus Sambo korbannya orang batak heroisme pembelaannya tinggi kalo Sunda mah diem aja. Misalnya kasus Vina yang paling keras ngomong itu orang batak, orang Sunda cuma diam saja,” ujarnya.
“Padahal saya tegaskan bahwa kasus Vina Cirebon ini kejahatan hukum tertinggi,” tandasnya. ***