KoranMandala.com – Calon Wali Kota Bandung, Haru Suandharu, berkomitmen untuk mengembangkan ekosistem ekonomi kreatif di Bandung. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan para pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).
Pernyataan tersebut disampaikan saat kunjungannya ke beberapa produsen boneka di Kampung Babakan Caringin, Sukajadi, pada hari Sabtu 26 Oktober 2024. Dalam kesempatan itu, para pelaku usaha menyampaikan keluhan mereka.
Salah satu produsen, Aci, mengungkapkan bahwa permasalahan utama yang dihadapi adalah kurangnya modal. “Masalah utama kami adalah modal,” ungkap perempuan yang dikenal sebagai Aci Boneka.
Haru Suandharu Tegaskan Visi Bandung Kota Kreatif Dunia, Begini Kata Ahli Tata Kota
Aci menambahkan bahwa dukungan akses modal dari pemerintah akan sangat membantu para produsen. “Yang jelas, kami berharap modal dengan bunga yang rendah, atau bahkan tanpa bunga,” harapnya.
Ia juga menyebutkan bahwa dulunya terdapat sekitar 40 produsen boneka di kampung tersebut, namun kini hanya tersisa kurang dari 5 orang yang masih bertahan.
Produsen boneka yang telah beroperasi sejak tahun 1989 itu juga mengungkapkan harapan terkait pemasaran. Ia pernah berpartisipasi dalam acara pemasaran yang diadakan oleh Pemkot Bandung, seperti Pasar Kreatif yang berlangsung di beberapa pusat perbelanjaan.
Menurutnya, meskipun penjualan tidak maksimal, kegiatan tersebut cukup membantu dalam memperkenalkan produk. “Ya, hal itu bisa ditingkatkan lagi,” ujarnya.
Kunjungi Pasar Ujungberung, Haru Suandharu Prihatin Pedagang Sepi Pembeli
Menanggapi hal tersebut, Haru Suandharu menjelaskan bahwa Kota Bandung memiliki potensi besar dalam industri kreatif dan UMKM. Beberapa daerah di Bandung juga memiliki ciri khas usaha masing-masing, seperti Cibaduyut yang terkenal dengan kerajinan sepatu, Cibuntu dengan produk tahunya, Binong dengan rajutan, dan Cigondewah yang dikenal sebagai sentra kain. Beberapa di antaranya telah ditetapkan oleh Pemkot Bandung sebagai kampung wisata kreatif.
Haru menyatakan bahwa mereka sebenarnya kurang menyukai program-program yang bersifat seremonial namun tidak memenuhi kebutuhan masyarakat.
“Saya termasuk yang tidak menyukai program yang hanya sekadar basa-basi, yang hanya memberikan judul tanpa substansi,” ujarnya. Haru berkomitmen untuk lebih fokus pada kebijakan yang secara langsung memenuhi kebutuhan masyarakat. Contohnya, berkaitan dengan pelaku usaha kreatif, UMKM, serta para produsen boneka. ***