KoranMandala.com – Mantan Kapolda Jabar Irjen Pol (Purn) DR H. Anton Charliyan menjadi narasumber pada serial ‘Mandala Talk’ dalam yang digelar di kantor Koran Mandala Jalan Waluh No 12, Kota Bandung pada Minggu 3 November 2024.
Acara tersebut dipandu langsung Redaktur Koran Mandala, Sony Fitrah dengan tujuan untuk menggali nilai-nilai kepemimpinan yang terkandung dalam budaya lokal.
Anton yang dikenal juga sebagai Budayawan Sunda menekankan bahwa kearifan lokal menyimpan banyak filosofi dan nilai kepemimpinan yang kini mulai tergerus dalam kehidupan masyarakat Indonesia.
Anton Charliyan: Nasionalisme Orang Jawa Barat Sudah Kuat Sejak Nenek Moyang
“Jangan sampai kita kehilangan nilai-nilai lokal. Ini akan menjadi identitas kita,” tegas pria kelahiran Tasikmalaya 63 tahun silam itu.
Krisis kepemimpinan yang melanda Indonesia disebabkan oleh lemahnya penerapan nilai-nilai budaya dalam kehidupan berbangsa kata Anton.
Ia pun menyatakan bahwa penataan budaya merupakan fondasi penting bagi penataan suatu negara. Jika aspek pendidikan dan budaya tidak dikelola dengan baik, maka akan berakibat pada meningkatnya krisis kepemimpinan.
Anton pun menjelaskan beberapa nilai yang terdapat dalam kearifan lokal Sunda. Ia berpendapat bahwa tradisi Sunda kaya akan filosofi persatuan dan peran seorang pemimpin. Dalam banyak naskah Sunda, pemimpin sejatinya adalah pelayan bagi masyarakat.
Abah Anton Tegaskan Dukungan pada KDM Erwan, Tepis Isu SARA di Pilgub Jabar
Dalam naskah Sunda Kuna Sanghyang Siksakandang Karesian, pemimpin (pelayan) diharuskan memiliki sikap yang tidak pernah mengeluh, tidak kecewa, dan tidak iri hati.
Pemimpin juga harus tidak mudah tersinggung, tidak merajuk, dan tidak pernah menyerah. Selain itu, pemimpin harus menghindari permusuhan, menjaga kesetiaan, dan tidak menunjukkan wajah masam.
Lebih lanjut, Anton mengungkapkan bahwa dalam sejarah Dinasti Salakanagara, yang berkuasa antara tahun 170 hingga 1572 M, dari zaman Kerajaan Salakanagara hingga masa Kerajaan Cirebon dan Sumedang, nilai-nilai sabilulungan, atau semangat bersinergi, sangat dijunjung tinggi.jawa barat
“Dalam sejarah Sunda, terdapat satu aturan yang melarang Kerajaan Sunda untuk melakukan ekspansi dan gotrayuda, atau perang saudara,” jelas Anton.
Nilai-nilai kepemimpinan dapat dilihat dari pesan-pesan verbal yang sering diwariskan oleh nenek moyang. Anton menyatakan bahwa kearifan lokal Sunda mengajarkan nilai-nilai seperti cageur (sehat), bageur (berbudi), bener (berlaku benar), pinter (pintar), singer (mawas diri), wanter (berani), teger (ulet), dan nanjeur (tangguh).
Konsep ini ternyata sejalan dengan enam poin kepemimpinan modern yang dirilis oleh Biro Investigasi Federal (FBI) Amerika Serikat.
“Enam poin yang diungkapkan oleh FBI semuanya telah tercantum dalam nilai-nilai Sunda, meskipun tidak mencakup teger dan nanjeur. Kita sudah lama memiliki nilai-nilai tersebut,” ungkap Anton. ***