KoranMandala.com – Calon Wali Kota Bandung dengan nomor urut 2, Haru Suandharu, melakukan penyerapan aspirasi dan masukan saat berinteraksi dengan komunitas penyelenggara acara di Kota Bandung, tepatnya di kawasan Dago, pada Senin 2 November 2024.
Haru menyatakan bahwa potensi Bandung sebagai “kota event” sangatlah besar dan dapat menjadi fondasi yang kuat bagi visi pasangan Haru Suandharu-Ridwan Dhani Wirianata (HD) dalam menjadikan Bandung sebagai Kota Kreatif Dunia.
Ia menekankan bahwa setiap acara yang diadakan di Bandung dapat berfungsi sebagai platform kreatif yang tidak hanya menarik perhatian lokal dan nasional, tetapi juga dapat mengangkat citra Bandung di kancah internasional.
Namun, Haru juga menyoroti tantangan terkait kesulitan dalam proses perizinan bagi komunitas penyelenggara acara, dan ia berharap agar ke depannya hal ini dapat disederhanakan demi kemajuan kreativitas di Bandung.
“Kota Bandung adalah kota komunitas dan kota kreatif, dan hari ini kita bersama mereka (komunitas penyelenggara acara). Ada harapan-harapan, mulai dari kebutuhan tempat yang representatif untuk mengekspresikan kreativitas di Kota Bandung,” ungkap Haru.
“Mereka juga mengungkapkan bahwa selama ini proses perizinan di Bandung sangat sulit. Tentu saja, jika Bandung ingin menjadi Kota Kreatif Dunia, para penyelenggara acara harus mendapatkan dukungan. Kita perlu menghindari oknum yang memperlambat proses yang seharusnya bisa dipercepat. Ini adalah hal yang perlu kita perbaiki,” tambahnya.
Selain isu perizinan, komunitas penyelenggara acara juga mengeluhkan kurangnya penerangan di beberapa jalan yang masih gelap dan berpotensi mengganggu keamanan, terutama pada malam hari.
Dukung Sineas Lokal, Haru-Dhani Janji Bangun Bioskop Rakyat di Kota Bandung
“Mereka berharap program ‘Bandung Ca’ang Baranang’ dapat dilanjutkan agar seluruh Bandung terang benderang di malam hari. Aspek keamanan juga sangat penting, dan kita perlu berkolaborasi dengan aparat, seperti kepolisian, TNI, dan Satpol-PP,” jelas Haru.
Haru meyakini bahwa dengan langkah-langkah tersebut, citra negatif Kota Bandung yang akhir-akhir ini sering disebut sebagai “Gotham City” dapat dihapuskan.
“Bandung sebelumnya dikenal sebagai kota kembang, Paris van Java, namun kini terdapat stigma Gotham City. Banyak aspek negatif yang perlu kita perbaiki agar sebutan-sebutan negatif tersebut tidak terus melekat pada Bandung,” tuturnya. ***