Anak-anak harus dijamin bebas dari segala bentuk kekerasan, baik verbal maupun nonverbal, yang dapat berdampak buruk bagi perkembangan mereka.
“Penyelesaian masalah ini tidak bisa hanya dilakukan melalui ceramah atau penyuluhan. Kita harus melihat masalah ini secara lebih holistik, karena ini juga berkaitan erat dengan masalah ekonomi,” jelas Haru.
Menurut Haru, tingginya angka perceraian sering kali bukan hanya dipicu oleh perselingkuhan, tetapi juga oleh tekanan ekonomi. Hal ini sangat memengaruhi keharmonisan keluarga, yang pada gilirannya berdampak pada pola asuh anak-anak.
“Semua masalah ini saling terkait. Tekanan ekonomi dapat memengaruhi kualitas hubungan dalam keluarga dan pada akhirnya berpengaruh pada pola asuh anak-anak,” tambahnya.
Sebagai bagian dari komitmennya, Haru menegaskan bahwa pihaknya siap menyediakan program bantuan hukum bagi keluarga yang terlibat dalam kasus kekerasan rumah tangga.
Program ini diharapkan dapat mewujudkan Kota Bandung sebagai kota yang ramah anak, dengan memberikan dukungan hukum yang kuat bagi korban KDRT.
“Kami berharap pemerintah kota di masa mendatang akan terus memperkuat upaya di bidang kesehatan mental, baik untuk remaja maupun korban KDRT. Perlindungan hukum dan rehabilitasi mental juga menjadi aspek penting yang perlu diperkuat ke depan,” ucapnya Haru.