KoranMandala.com -Gelombang serangan kilat yang dilancarkan pasukan oposisi di Suriah semakin mempersempit ruang gerak rezim Bashar al-Assad. Dimulai pada 27 November 2024, serangan ini dipimpin oleh kelompok Hayat Tahrir al-Sham (HTS), yang berhasil menembus pertahanan pasukan pemerintah di wilayah barat Aleppo. Dalam waktu empat hari, Aleppo dan sekitarnya jatuh ke tangan pasukan oposisi, dengan penduduk setempat tampak menerima kedatangan mereka tanpa ada tanda-tanda pengungsian besar-besaran.
Keberhasilan HTS tidak hanya di Aleppo. Dua pangkalan udara milik pasukan Assad yang didukung Rusia dan Iran juga dikuasai, meninggalkan banyak kendaraan tempur dan pesawat yang disita pasukan oposisi. Pasukan Assad terpaksa mundur ke kota Hama untuk membangun pertahanan baru. Namun, pasukan HTS tidak memberi kesempatan bernapas, langsung mengepung Hama dari tiga arah pada 1 Desember.
Presiden Suriah: Transaksi Pakai Dolar AS Harus Ditinggalkan
Menurut laporan History Legends pada 8 Desember 2024, meski sempat melakukan serangan balik di gerbang kota Hama, pasukan Assad gagal mempertahankan kota tersebut. Pada 4 Desember, Hama sepenuhnya jatuh ke tangan oposisi, dengan banyak tentara pemerintah menyerah atau bahkan bergabung dengan pasukan HTS. Pemimpin HTS, Abu Muhammad al-Jaulani, segera mengumumkan pembentukan pemerintahan baru dan menawarkan amnesti bagi para prajurit dan perwira Assad yang memilih bergabung.
Serangan kilat ini tidak hanya melibatkan HTS, tetapi juga kelompok-kelompok oposisi lainnya, termasuk pemberontak Kurdi di timur yang mulai menguasai wilayah perbatasan dengan Irak. Pada 7 Desember, kota Homs, kota terbesar ketiga di Suriah, jatuh ke tangan pasukan oposisi. Sementara itu, kota Dar’a, yang strategis karena dekat dengan perbatasan Yordania dan dataran tinggi Golan, juga dikuasai oposisi pada hari yang sama.
Kini, pasukan pendukung Assad hanya mampu bertahan di pinggiran Damaskus, membangun pertahanan terakhir di ibu kota. Dilaporkan oleh DW News, banyak anggota pasukan Assad menyerah, sementara sebagian lainnya mundur ke garis pertahanan terakhir.
Situasi ini memicu spekulasi mengenai kejatuhan rezim Assad. Menurut John Bolton, mantan Penasihat Keamanan Presiden Donald Trump, rezim Assad kemungkinan besar akan tumbang dalam waktu seminggu. Ia juga mengungkapkan adanya keterlibatan Turki di balik serangan kilat ini, meskipun membantah adanya dukungan langsung dari pemerintah AS.
“Kekuatan AS di Suriah terlalu kecil dan jauh dari Damaskus, sehingga mustahil memainkan peran besar dalam membantu oposisi,” ujar Bolton kepada CNN pada 8 Desember. Namun, ia mencatat serangan udara AS yang menghantam kelompok milisi Syiah dari Irak yang hendak membantu Assad, yang secara tidak langsung menguntungkan oposisi.
Di tengah tekanan ini, beredar kabar bahwa Bashar al-Assad telah mengevakuasi istri dan anak-anaknya ke Rusia, sementara sejumlah oligarki pendukungnya memilih mengungsi ke Uni Emirat Arab. Dengan pasukan oposisi semakin mendekati Damaskus, hari-hari rezim Assad tampaknya tinggal menghitung waktu.