KoranMandala.com -Dipati Ukur adalah wedana Bupati Priangan yang memimpin Bandung pada abad ke-17. Wilayah kekuasaannya mencakup BandungDipati Ukur, Sumedang, Sukapura, Limbangan, dan sebagian Cianjur hingga Pamanukan.
Ia pernah terlibat perang melawan VOC dan memberontak terhadap Sultan Agung dari Mataram. Pemberontakannya berhasil ditumpas tahun 1632 dengan dukungan beberapa pemimpin Priangan.
Dipati Ukur juga menyebarkan ajaran Islam di Bandung. Salah satu lokasi patilasannya terletak di Kampung Gantungan, Desa Jayamekar, Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat.
Gerbang patilasan bertuliskan “Maqom Dalem Dipati Ukur Raga Sampurna” sudah pudar dan nyaris tak terbaca. Lokasinya dekat Perumahan Bentang Padalarang Regency, seberang MI Al-Ihsan.
Patilasan ini berbentuk makam persegi panjang, panjang 400 cm dan lebar 175 cm. Nisan bertuliskan “Patilasan Dipati Ukur – Wangsit Sataruci Tempat Nyepi di Gantungan Tahun 1627.”
Jirat patilasan dilapisi keramik dengan warna biru di bagian dalam dan putih di bagian luar. Sebuah pohon beringin tua berdiri dekat patilasan, dipercaya seumur dengan situs tersebut.
Menurut kuncen, Abah Dayat (59), patilasan ini juga pernah disinggahi empat pengawal Dipati Ukur. “Tempat ini dipercaya dapat mengabulkan doa terkait jabatan,” katanya.
Bupati Kabupaten Bandung Barat, mulai dari Abu Bakar hingga Jeje Ritchie, pernah berziarah ke sini. “Mereka biasanya datang malam Jumat hingga Sabtu pagi,” ungkap Abah Dayat.
Kuncen lainnya, Abah Ohin (75), menyebut ziarah sering dilakukan dengan membawa bambu sepanjang 4 meter. Jika bambu lebih panjang dari makam, diyakini harapan akan terkabul.
“Setelah diukurkan ke makam, bambu harus dipotong dan dibawa pulang,” jelas Abah Ohin. Ritual ini dipercaya sebagai simbol harapan yang terkabul.