Koran Mandala -Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung tengah memetakan dampak pembangunan dan mematangkan kesiapan infrastruktur Bus Rapid Transit (BRT) yang akan segera diterapkan di Kota Bandung.
Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, mengatakan bahwa pihaknya telah melakukan survei terhadap wilayah-wilayah yang terdampak pembangunan jalur BRT.
Dia menegaskan bahwa jalur BRT akan terdiri dari dua jenis: jalur dengan marka cat dan jalur dengan separator beton.
Bojan Hodak Akan Pantau Pemain Muda Persib yang Membawa Timnas U-17 ke Piala Dunia 2025
“Kami melakukan survei di sejumlah titik yang akan terdampak pembangunan jalur BRT. Ada yang hanya menggunakan marka jalan berupa cat, dan ada yang menggunakan separator beton sebagai pembatas,” ujar Farhan saat meninjau kesiapan BRT di beberapa titik, Rabu, 9 April 2025.
Dalam peninjauannya, Farhan mengunjungi sejumlah lokasi yang akan menjadi titik halte BRT, di antaranya Halte Alun-Alun di Jalan Asia Afrika, Gedung Koperasi di Jalan Otto Iskandardinata, kawasan Museum Sri Baduga di Jalan BKR, Pintu Masuk ITC Kebon Kalapa di Jalan Moh. Toha, serta Jalan Naripan (dekat Warung Makan Ceu Mar).
Farhan menegaskan pentingnya menghitung secara menyeluruh dampak dari pembangunan jalur tersebut, baik dari sisi lingkungan, lalu lintas, hingga sosial ekonomi warga sekitar.
“Kami memperhitungkan berbagai dampak yang mungkin terjadi. Kehadiran BRT dengan terminal dan halte yang representatif diharapkan mampu meningkatkan kenyamanan dan keamanan pengguna transportasi umum,” katanya.
Dua Punggawa Persib Ini Turut Mengantarkan Timnas Indonesia U-17 Lolos Piala Dunia 2025
Rencananya, BRT akan beroperasi setiap hari mulai pukul 06.00 hingga 22.00 WIB. Farhan juga menginstruksikan agar seluruh halte dijaga dan dirawat dengan baik, termasuk penanganan saat malam hari.
“Halte akan ditutup dengan tralis atau pagar besi pada malam hari untuk mencegah penyalahgunaan fungsi halte, seperti dijadikan tempat menginap atau toilet umum,” tegasnya.