KORANMANDALA.COM – Berbicara soal sampah memang tidak pernah ada habisnya. Setiap harinya jumlah sampah akan terus bertambah menumpuk jika tidak dikelola dengan baik.
Sebagai informasi sampah dapur menjadi salah satu penyumbang sampah makanan terbesar di Indonesia. Padahal jika dikelola dengan baik limbah atau sampah dapur ini memiliki nilai ekonomi.
Seperti yang belum lama ini dilakukan para dosen dari Jurusan Teknik Refrigerasi dan Tata Udara Politeknik Negeri Bandung (Polban), yang mulai mengolah limbah di Kantin Pujasera Polban menjadi kompos untuk media tanam.
Melalui program Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) yang diketuai oleh Nur Khakim, para dosen Polban ini melakukan edukasi kepada pelaku usaha di Kantin Pujasera Polban terkait produksi bahan media tanam dengan bahan dasar sampah organik.
Baca juga: PKM Dosen Teknik Kimia Polban Bandung, Sukses Berdayakan Tani Perempuan di Desa Arjasari dengan Produk Herbal
“Jadi hari ini kita melakukan monitoring dan evaluasi, minggu lalu kita sudah melakukan edukasi kepada para pelaku usaha di Kantin Pujasera Polban terkait proses pengolahan sampah organik di lingkungan kampus,” kata Nur Khakim, ditemui Koran Mandala di Kantin Polban Bandung, Senin 4 September 2023.
Dosen Jurusan Teknik Refrigerasi dan Tata Udara Polban Bandung mengolah limbah di Kantin Pujasera Polban menjadi kompos untuk media tanam.(Koranmandala.com/Dinni Kamilani)
Dalam edukasi tersebut turut dibagikan wadah ember kepada setiap pemilik tenant yang diperuntukkan menampung sampah organik.
“Setiap sore semua ember dikumpulkan untuk ditimbang oleh petugas dan disimpan dalam wadah yang lebih besar selanjutnya dilakukan proses pengomposan,” jelasnya.
Baca juga: Polban Berikan Pelatihan Instalasi AC Split untuk Pemuda Karang Taruna di Desa Ciwaruga Bandung
Selain memanfaatkan sampah dari kantin untuk media tanam mini ditambah juga dengan sampah organik lainnya seperti dedaunan, dan ranting yang banyak ditemukan di area kampus.
Agar proses pengomposan berjalan lebih cepat tim PKM ini menggunakan alat pencacah yang dibuat secara khusus untuk menghancurkan daun-daun atau ranting yang berukuran besar.
“Untuk pengomposan yang dilakukan tanpa mesin pencacah, akan dipanen 3 bulan kemudian. Sedangkan untuk pemanenan kompos dengan proses pencacahan bisa dipanen satu bulan,” kata Nur Khakim.
Baca juga: Persoalan Sampah Masih Jadi PR Besar Untuk Pemkot Bandung
Menurut Nur Khakim dengan luas sekitar 20 hektar dengan beragam tanaman dan rerumputan serta banyaknya warung makan di Pujasera di lingkungan Polban.
Setidaknya ada sekitar 500 kilogram sampah organik yang bisa dihasilkan. Untuk itulah dirinya dan tim berinisiatif untuk mengelola sampah tersebut menjadi media tanam yang bernilai ekonomis, selain menguntungkan tentunya langkah ini bisa mengurangi beban sampah yang diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Adapun tim dosen yang terlibat dalam projek ini adalah Nur Khakim, Ade Suryatman Margana, Eddy Erham, Ary Surjanto, Muhamad Anda Falahuddin, Cecep Sunardi, Wirenda Sekar Ayu, dan Pratikto.(*)