KORANMANDALA.COM – Wali Kota Surakarta (Solo), Gibran Rakabuming Raka saat ini diusulkan oleh Partai Gerindra di berbagai tingkatkan untuk dijadikan bakal calon wakil presiden (Bacawapres) Prabowo Subianto.
Sebab, putra sulung dari Presiden Joko Widodo ‘Jokowi’ itu dinilai menjadi sosok muda pontensial untuk mendampingi Prabowo Subianto pada Pilpres 2024.
Merespons usulan tersebut, Pengamat politik Universitas Langlangbuana Bandung Rafih Sri Wulandari mengatakan, tujuan Partai Gerindra mengusulkan Gibran Rakabuming tidak lain untuk kemenangan Prabowo Subianto.
Mengingat, Jokowi efek sangat berpengaruh terhadap kontestasi politik lima tahunan itu.
Baca juga: Tulis Surat untuk Sahabatnya dari Penjara, Jessica Wongso Curhat Jangan Terlalu Percaya Pemberitaan
Apalagi, sosok muda yang melekat pada Gibran Rakabuming bisa menjadi magnet bagi pemilih muda maupun pemula.
“Jokowi efek itu sangat berpengaruh. Terus kebetulan pas pemilih pemula juga kan sekitar lebih dari 20 persen, itu kan pemilih pemula nih, ya itu target dari Gerindra,” kata Rafih pada Kamis 12 Oktober 2023.
Namun, perlu diingat bahwa Gibran Rakabuming merupakan kader dari PDI Perjuangan.
Baca juga: Bertandang Ke Markas Borneo, Kakang Rudianto: Persib Bandung Dihadapkan dengan Dua Masalah Besar
Apabila Gibran Rakabuming benar-benar menjadi pendamping Prabowo Subianto, tidak menutup kemungkinan akan tejadi perpecahan di internal PDI Perjuangan.
“Tentu, jangan kan nanti, sekarang aja udah mulai (pecah), mungkin nanti akan menimbulkan simpati publik ya ada efeknya positif dan negatif. Nanti yang jelas partai politik juga, masyarakat juga akan terpecah gitu kan,” ujarnya.
Kendati begitu, dalam kontestasi Pilpres, hal yang paling menentukan kemenangan bukan 100 persen dari partai politik. Akan tetapi, sosok yang diusung menjadi pasangan capres-cawapres yang akan menentukan kemenangan.
Baca juga: Cimin ‘Maut’ Berakhir, Kini Giliran Yogurt Diduga Jadi Penyebab Keracunan Massal di SD Cimerang KBB
“Kalau Pilpres itu lebih cenderung bukan melihat dari partai pengusung, tapi sosok figur yang dimunculkan, orangnya. Dulu juga Jokowi bukan karena melihat dari PDI-nya, tetapi dari Jokowi-nya,” tuturnya. (zad/ekp)