KORANMANDALA.COM – Pidato Ketua Umum (Ketum) Partai Golkar, Airlangga Hartanto dinilai tidak relevan saat mendeklarasikan Wali Kota Solo, Gibran Rabuming Raka menjadi calon wakil presiden (cawapres) Prabowo Subianto.
Dalam pidatonya tersebut, Airlangga membandingkan sosok Gibran dengan Sutan Sjahrir.
Perbandingan antara Gibran dan Sutan Sjahrir itu membuat publik menilai tidak relevan, salah satunya menurut akun X @mazzini_gsp.
Menurut Mazzini, Sjahrir menjadi Perdana Menteri pada umur 36 tahun itu saat kondisi Indonesia belum merdeka sepenuhnya.
Baca Juga: Harganya Anjlok! Kini HP OPPO Reno6 5G Dibanderol Lebih Murah
“Sutan Sjahrir udah tenang di alam kubur dibawa-bawa buat bridging narasi pengumuman pemimpin muda di bawah 40 tahun. Sutan Sjahrir jadi Perdana Menteri usia 36 tahun saat kondisi Indonesia masa revolusi belum merdeka penuh, sistem masih unikameral masih berunding dengan Belanda. Gak cocok mencatut Sjahrir buat bridging sebagai pengumuman Wapres Gibran,” ujarnya.
Lebih lanjut, ia menyarankan Gibran lebih cocok dibandingkan dengan Kolonel Sudirman.
Yang dimana Kolonel Sudirman berhasil mengalahkan Letjen Oerip Sumohartjo saat usianya masih 29 tahun.
Baca Juga: Agar Hidup Lebih Bahagia, Inilah 4 Cara Mudah untuk Menghilangkan Pikiran Negatif
“Pemilihan peristiwa sejarahnya gue gak setuju. Kalau mau pas harusnya pake konteks terpilihnya Koloner Sudirman di usia 29 tahun yang mengalahkan Oerip Sumoharjo lewat konfrensi TKR. Tensi konflik politik antara kubu ex PETA dan ex KNIL, keputusan konfrensi yang menimbulkan kritik, pro kontra pengalaman Soedirman dibanding Oreip. Rangkaian peristiwa itu masih cocok kalau diseret ke kondisi hari ini,” katanya.
Sebelumnya, Airlangga Hartanto membawa nama mantan Perdana Menteri Indonesia, Sutan Sjahrir saat mengusulkan Gibran menjadi cawapres Prabowo Subianto.
Sutan ditunjuk oleh Soekarno-Hatta sama dengan Gibran, yakni berumur 36 tahun. (sap/sap)