KORANMANDALA.COM – Capres Prabowo Subianto telah resmi menggandeng Wali Kota Surakarta (Solo) Gibran Rakabuming Raka sebagai Capres untuk mengarungi Pilpres 2024.
Direktur Data Politik Indonesia, Catur Nugroho menilai, pemilihan Gibran sebagai Cawapres berpotensi menjadi bumerang, karena bisa menurunkan perolehan suara Prabowo, terutama di Jawa Barat (Jabar).
Sebab, jalan Gibran menjadi Bacawapres mendapatkan sentimen negatif dari publik. Mengingat, putusan Mahkamah Konstitusi (MK) terkait perkara 90/PUU-XXI/2023 dianggap publik memuluskan jalan bagi putra sulung Presiden Joko Widodo (Jokowi) itu.
Adapun putusan itu mengenai usia minimal Capres dan Cawapres paling rendah 40 tahun atau pernah/sedang menduduki jabatan yang terpilih melalui pemilihan umum, termasuk pemilihan kepala daerah.
Baca Juga: Ada ‘Mahkamah Keluarga’ di Google Maps, Alamatnya Persis Seperti MK
“Saya melihat strategi Prabowo untuk menjadikan Gibran sebagai Bacawapres ini bisa menimbulkan kerugian terkait dukungan masyarakat pada pasangan ini,” kata Catur pada Selasa, 24 Oktober 2023.
Menurutnya, sejumlah elemen yang mendukung Prabowo sudah menyatakan kekecewaannya atas pilihan itu. Di Jawa Barat yang notabene menjadi lumbung suara bagi Prabowo, berpotensi mengalihkan dukungan ke pasangan lain.
“Belum lagi beberapa DPC Projo (Pro Jokowi) juga tidak solid untuk mendukung Prabowo karena Gibran dianggap sengaao pengkhianat. Itu dapat merugikan koalisi pendukung Prabowo,” ujarnya.
Baca Juga: Marah Besar di KRL hingga Sulit Kendalikan Diri, Ibu Hamil Ini Mengalami Keguguran setelah Penantian 2 Tahun
Selain di Jawa Barat, kata Catur, Gibran juga bisa mendapatkan sentimen negatif dari kader-kader PDIP di Jawa Tengah.
“Gibran juga akan mendapatkan sentimen negatif dari kader-kader partai yang ikut membesarkan namanya. Apalagi Ganjar cukup dominan di Jateng,” kata dia.
Oleh karena itu, pasangan Prabowo-Gibran harus memanfaatkan jaringan Projo yang masih solid mendukung keputusan Jokowi.