Baca Juga: Hamzah Ibrahim, Wartawan Lintas Zaman yang Nyaris Diterjunkan ke Belantara Kalimantan
Kendati begitu, masa pengasingan di Belanda dimanfaatkan oleh Soewardi untuk mendalami dunia pendidikan dan pengajaran. Ia pun merasa jiwa patriotisme untuk memajukan bangsa Indonesia melalui pendidikan mulai terasah dan berkembang.
Setelah kembali ke Tanah Air, Soewardi mendirikan sekolah ‘Taman Siswa’ di Yogyakarta pada 3 Juli 1922. Tujuan lembaga pendidikan ini adalah memberikan kesempatan dan hak pendidikan yang sama bagi rakyat Indonesia seperti yang dimiliki orang-orang Belanda.
Kemudian, ia pun melepas nama bangsawannya dan diganti menggunakan nama ‘Ki Hajar Dewantara’ agar perjuangannya lebih diterima oleh masyarakat.
Baca Juga: Madrasah Nurul Amal Kota Bandung Peringati Hari Guru Sedunia, Ini Harapan ‘Pahlawan Tanpa Tanda Jasa’ kepada Muridnya
Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, Ki Hajar Dewantara dinobatkan sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan yang pertama.
Ki Hajar Dewantara wafat pada tanggal 26 April 1959 di Yogyakarta. Semasa hidupnya, ia telah mencuptakan tiga semboyan pendidikan yang sampai saat ini masih digunakan di dunia pendidikan.
Adapun ketiga sembohyan tersebut yaitu:
– Ing Ngarsa Sung Tuladha (di depan memberi contoh)
– Ing Madya Mangun Karsa (di tengah memberi semangat)
– Tut Wuri Handayani (di belakang memberi dorongan)
Baca Juga: IKPNI Jawa Barat Resmi Terbentuk, Pemprov Harap Semangat Pahlawan Bisa Tular Generasi Muda
Ketiga sembohyan yang diciptakan Ki Hajar Dewantara menjadi sembohyan dalam pendidikan Indonesia. Bahkan, satu di antaranya yakni ‘Tut Wuri Handayani’ menjadi bagian dari logo Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Ki Hajar Dewantara menyebut, tujuan trilogi sembohyan tersebut adalah untuk mencapai tujuan tertib dan damai, serta membentuk manusia yang merdeka. (del/del)