KORANMANDALA.COM – Penunjukan Gibran Rakabuming Raka sebagai calon wakil presiden dalam Pemilu 2024 telah memicu perdebatan dalam tubuh PDIP.
Di internal partai berlogo kepala banteng, isu itu terus menjadi polemik.
Gibran Rakabuming Raka maju sebagai calon wakil presiden tanpa rekomendasi PDIP, partai yang menjadi basis politiknya.
Sekretaris Jenderal PDIP, Hasto Kristiyanto, mengakui khilaf atas keputusannya empat tahun silam yang memberikan restu kepada putra sulung Presiden Joko Widodo untuk maju sebagai Wali Kota Solo.
“Secara jujur, kami menyesal,” ucap Hasto dalam sebuah diskusi daring yang berjudul “Menyuarakan Kebijakan di MK, Hak Angket, Keputusan MK?” pada Sabtu, 30 Maret 2024.
Pada saat itu, Hasto mencatat bahwa keputusan untuk mendukung Gibran sebagai kandidat dipertimbangkan dengan cermat, termasuk pertimbangan atas kemajuan yang telah dicapai oleh Jokowi dan hubungannya dengan PDIP.
Namun, pada saat ini, Hasto menyatakan bahwa PDIP telah menyadari bahwa kemajuan yang dicapai dalam periode Jokowi bersifat sementara.
Hal ini dikarenakan kemajuan tersebut dianggap terdorong oleh tingginya beban utang. Hasto meyakini bahwa masalah ini akan menjadi serius bagi negara di masa depan.
Lebih lanjut, Hasto mengungkapkan kekhawatirannya terhadap upaya Jokowi untuk memperkuat dinasti politik dengan memfasilitasi langkah Gibran sebagai calon wakil presiden.
Menurutnya, meningkatnya nepotisme ini juga akan memperkuat praktik-praktik penyalahgunaan kekuasaan.
Hasto menyatakan bahwa PDIP tidak akan keberatan jika menghadapi pengkhianatan dari keluarga Jokowi, yang terlibat dalam berbagai manuver politik seperti Gibran yang maju sebagai calon wakil presiden tanpa dukungan PDIP, Kaesang yang menjadi Ketua Umum PSI, Bobby yang tidak mendukung pasangan calon Ganjar-Mahfud, dan pencalonan asisten pribadi Iriana Jokowi sebagai Wali Kota Bogor.