KORANMANDALA.COM – Menjelang Pilkada Serentak 2024, partai politik di seluruh Indonesia giat melakukan penjaringan bakal calon wali kota dan wakil wali kota. Tidak terkecuali Partai Gerindra, yang merupakan partai pemenang Pileg 2019 di Kota Cirebon.
Proses penjaringan tersebut telah mengumpulkan delapan nama calon yang mendaftar hingga 12 Mei 2024. Namun, dinamika internal partai menambah warna dalam proses ini, terutama dengan adanya perhatian khusus dari Satuan Relawan Indonesia Raya (SATRIA).
SATRIA, salah satu sayap partai yang memiliki peran signifikan dalam gerakan partai, menyuarakan aspirasinya.
Alief Darmawan Setiadi, Bendahara SATRIA Kota Cirebon, memberikan pandangannya terkait penjaringan tersebut. Ia mengapresiasi langkah DPC Partai Gerindra Kota Cirebon yang membuka pendaftaran secara luas, meskipun nama-nama yang terjaring didominasi oleh tokoh eksternal partai.
“Kita apresiasi para pendaftar bacawalkot ke Gerindra, meskipun didominasi eksternal partai,” ujar Alief.
Namun, ia menegaskan bahwa SATRIA memiliki preferensi agar calon wali kota yang diusung oleh Gerindra berasal dari kader internal partai.
“Kita, Satria Kota Cirebon, mengharapkan itu munculkan dari kader sendiri, tapi karena Gerindra membuka pendaftaran terbuka, ya harus juga kita terima,” lanjutnya.
Alief menambahkan bahwa Partai Gerindra di Kota Cirebon memiliki banyak kader unggulan yang layak didorong maju di Pilkada. Ia menyebutkan beberapa nama seperti Ketua DPC Partai Gerindra Kota Cirebon, H Eman Sulaeman, yang menurutnya lebih dari layak untuk menjadi calon wali kota.
“Ini bukan mengecilkan pendaftar yang sudah terjaring. Justru hal itu sesuai dengan keinginan DPP Gerindra, yang menginginkan mendorong kader sendiri,” jelas Alief.
Selain Eman Sulaeman, Alief juga menyebutkan nama Ruri Tri Lesmana, Ketua DPRD Kota Cirebon, serta Sunarko Kasidin, Ketua Dewan Penasehat yang juga seorang akademisi, sebagai kader-kader potensial lainnya.
Belajar dari Pilkada 2018
Keinginan SATRIA untuk mendorong kader internal ini juga didasari oleh pengalaman pahit Pilkada 2018, dimana Partai Gerindra gagal mengusung pasangan calon dan hanya menjadi pendukung di salah satu poros koalisi.
Alief menegaskan bahwa SATRIA tidak ingin kejadian tersebut terulang pada Pilkada 2024.
“Keseriusan akan terlihat nanti menjelang Fit and Proper Test, kejadian di Pilkada 2018 jangan terulang lagi, itu yang Satria inginkan, mohon ini menjadi pemikiran semua pengurus di DPC,” tegasnya.
Di sisi lain, Ketua Panitia Penjaringan Bacawalkot Partai Gerindra, Fitrah Malik, menjelaskan bahwa proses penjaringan dilakukan secara terbuka untuk memberi kesempatan luas bagi tokoh potensial, baik dari dalam maupun luar partai.
Namun, ia menekankan bahwa siapapun yang nantinya direkomendasikan oleh DPP, jika berasal dari eksternal, harus menjadi kader Partai Gerindra dan memiliki KTA partai.
“Iya kita terbuka. Tapi yang pasti, kalau nanti sudah bakal, ya calon wajib menjadi kader, dan ber-KTA Gerindra,” jelas Fitrah.
Dengan aspirasi yang disuarakan oleh SATRIA dan proses penjaringan yang terbuka, Partai Gerindra di Kota Cirebon berada pada persimpangan penting.
Keputusan untuk mengusung calon dari kader internal atau eksternal akan mencerminkan arah dan strategi partai dalam menghadapi Pilkada 2024.
Satu hal yang pasti, partai harus mempertimbangkan keseimbangan antara membuka diri untuk tokoh potensial dan menjaga konsistensi serta loyalitas internal partai.- *** chs