KoranMandala.com – Rubrik Poling Indonesia (RPI) mengeluarkan hasil survei terkait potensi kemenangan dari empat Pasangan Calon Walikota dan Wakil Walikota Bandung yang akan bertarung di Pilwalkot Bandung tahun 2024-2029.
Survei ini dilakukan pada periode 30 Agustus sampai 2 September pasca Para Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Bandung mendaftarkan diri ke KPU Kota Bandung.
Survei ini dilakukan untuk melihat bagaimana peluang tiap pasangan untuk menang di Pilwalkot Bandung periode 2024-2029.
Baca Juga : Koalisi NasDem dengan PKB di Pilkada Kota Bandung 2024 Usung Perubahan
Populasi survei ini adalah seluruh warga Negara Indonesia di kota Bandung yang memiliki hak pilih atau mereka yang telah menikah ketika survei dilakukan penarikan sampel menggunakan metode multistage random sampling ukuran sampel basis 800 orang responden memiliki tolersansi kesalahan (margin of error) +_5 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Responden telah diwawancara lewat tatap muka oleh pewancara yang telah dilatih. Kendali kualitas terhadap hasil wawancara yang dilakukan secara random 20 persen dari total sampel oleh supervisor dengna kembali mendatangi responden terpilih (spotcheck).
Dalam kendali kualitas ini tidak ditemukan kesalahan yang berarti. Dalam evaluasi terhadap kinerja mantan walikota Bandung AA mulyana yang terjerat kasus korupsi, survei Rubrik Poling Indonesia menemukan ketidakpuasan masyarakat kota bandung terhadap pemerintahan Aa mulyana, walaupun saat ini posisi kota Bandung diwakili oleh PJ Walikota.
Terkait peluang elektoral dari para bakal calon walikota dan wakil walikota menjelang pilkada kota bandung mendatang, survei Rubrik Poling Indonesia menemukan 4 pasang Calon Walikota dan wakil Walikota Bandung yang telah mendaftarkan diri ke KPUD Kota Bandung ada delapan nama yang telah sah dan terdaftar sebagai pasangan Calon yang memiliki angka Popularitas diatas 30 persen.
Delapan nama itu adalah Arfi Rafnialdi, Muhamad Farhan, Haru Suandharu, Dandan riza Wardana, Erwin, Yena Iskandar Ma’soem, Dhani Wirianata dan Arif Wijaya. Popularitas merupakan elemen dasar dalam politik elektoral karena tidak mungkin bakal calon dipilih apabila tidak dikenal.
Namun popularitas juga belum tentu dipilih jika ada bakal calon lain lebih disukai. Oleh karena itu, popularitas saja tidak cukup tetapi bakal calon juga disukai kata peneliti Rubrik Poling Indonesia, Alif Syahrijal.