KoranMandala.com – Ketua Umum Kesatuan Pelajar Pemuda dan Mahasiswa Pesisir Indonesia (KPPMPI), Hendra Wiguna, menyoroti persoalan rantai dingin yang menjadi penyebab utama tingginya harga ikan di pasaran.
Hal ini berdampak pada kesulitan masyarakat, terutama generasi muda, untuk mengakses sumber protein hewani yang bergizi.
“Stigma ikan mahal masih melekat di masyarakat karena masalah rantai dingin yang belum optimal,” ujar Hendra kepada redaksi, Minggu 8 September 2024.
Baca Juga: Bunyikan Alarem Bahaya Seluruh Mahasiswa Turun ke Jalan Tolak Revisi UU Pilkada
Padahal, kata dia, harga ikan yang dibeli langsung dari nelayan cenderung lebih murah dibandingkan sumber protein lainnya.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa 42,03% penduduk Indonesia yang kini masuk kelas menengah adalah generasi Z dan Alpha. Hendra khawatir jika masalah rantai dingin tidak segera diatasi, generasi muda akan kesulitan mendapatkan gizi yang cukup dari konsumsi ikan.
“Generasi muda akan kesulitan mendapatkan gizi dan protein yang baik dari ikan, karena harga ikan di tataran konsumen terlampau tinggi,” jelasnya.
Hendra juga mengingatkan bahwa hasil tangkapan nelayan kecil Indonesia mayoritas ditujukan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi domestik. Oleh karena itu, perhatian terhadap kesejahteraan nelayan kecil sangat penting untuk menjaga stabilitas harga ikan.
“Nelayan kecil perlu diberikan perhatian mulai dari penyediaan bahan bakar, fasilitas pelelangan ikan, hingga pengaturan wilayah penangkapan,” tegasnya.
Dengan memperbaiki rantai dingin dan memberikan kemudahan berusaha bagi nelayan, diharapkan harga ikan dapat lebih terjangkau dan produksi perikanan nasional dapat meningkat. Hal ini tidak hanya akan memenuhi kebutuhan gizi masyarakat, tetapi juga membuka peluang bagi generasi muda untuk berkecimpung di sektor kelautan dan perikanan.