KORANMANDALA.COM – Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah menyeru hamba-Nya di dalam Al Quran untuk menjalin hubungan baik dengan sesamanya.
Manusia diperkenankan saling berkenalan walau berbeda suku dan bangsa, tidak untuk bertikai, melainkan agar menjaga kekerabatan.
Seorang Muslim juga diperintahkan agar berlaku adil terhadap siapapun dan tidak membeda-bedakan manusia yang satu dengan yang lainnya.
Sebab, semua manusia sejatinya sama di hadapan Allah, yang membedakan hanyalah ketakwaan kepada-Nya.
Baca Juga: Muslim Harus Punya Goals yang Besar, Niatkanlah Menuntut Ilmu agar Dapat Menebar Manfaat untuk Sekitar
Kendati pun kita dibebaskan untuk menjalin kekerabatan dan berkenalan dengan siapapun, tapi satu hal yang perlu wajib diingat bagi seorang Muslim, yaitu berhati-hati dalam memilih sahabat.
Teman dekat atau sahabat sering dianggap sebagai cerminan diri seseorang. Bahkan, tak jarang kita bisa menyimak sosok seseorang dari melihat dengan siapa orang itu bersahabat.
Dalam Kitab Al Hikam karya Syaikh Ibn ‘Atha’illah As Sakandari cetakan ke-16, 2022, halaman 55, ada sebuah pesan yang perlu untuk direnungi.
Baca Juga: Siap-Siap Dibuat Takjub dan Terpana, Allah akan Perlihatkan Kesempurnaan Dzat-Nya di Akhirat Kelak
Pesan tersebut tertulis:
“Janganlah engkau bersahabat dengan orang yang keadaannya tidak membangkitkan semangatmu, dan pembicaraannya tidak membimbingmu ke jalan Allah.”
Dalam hal ini, Syaikh Ibn ‘Atha’illah berpesan, berhati-hatilah di dalam memilih sahabat.
Sebab, sosok sahabat mampu mengawal kita menuju keridhaan Allah. Namun, dia juga dapat menggiring kita menuju jurang kehancuran dan kesia-siaan, serta mengundang murka-Nya.