Sontak kemarahan dan kekecewaan dari penonton Peru menggebu, tidak terima dengan keputusan sang wasit.
Dua orang suporter Peru dengan nekat menghampiri wasit untuk melayangkan protes. La Bomba menjadi orang pertama yang kemudian berhasil diamankan oleh polisi dan diseret ke luar lapangan.
Selanjutnya, orang kedua yakni Edilberto Cuenca. Belum sempat menghampiri wasit, Cuenca lebih dahulu mendapat pukulan dan serangan brutal dari para polisi di lapangan.
Melihat hal tersebut, seluruh penonton di stadion, baik suporter Peru dan Argentina tidak terima. Kericuhan pun semakin parah, ketika para penonton melempar berbagai benda ke arah para polisi.
Desak-desakan antara 53.000 orang lebih yang tidak dapat terbayangkan, kalang kabut sudah Stadion Nasional Peru. Bertambah buruk ketika kemudian polisi melemparkan gas air mata kepada para suporter.
Tangisan, teriakan, keluhan, kesakitan para penonton pun terdengar di seluruh stadion. Pintu keluar yang masih tergembok membuat seluruh orang di stadion tidak bisa keluar.
Beberapa saksi mengatakan, para aparat keamanan yakni polisi, menggunakan senjata api atas instruksi dari komandannya yang bertujuan mengamankan kondisi. Namun, bukannya mengamankan, para polisi justru membunuh banyak warga sipil.
Total korban mencapai 300 orang, dan 500 orang lainnya luka-luka. Tidak dapat terbayangkan kesedihan yang dialami para keluarga korban. Stadion yang diharapkan menjadi tempat bersorak gembira, berubah jadi petaka dan bencana besar.