KoranMandala.com –Kapten Korea Selatan dan Tottenham Hotspur, Son Heung-min, memuji ketangguhan tim nasional Palestina setelah hasil imbang 1-1 dalam pertandingan kualifikasi Piala Dunia FIFA 2026 Zona Asia.
Pertandingan digelar di Stadion Internasional Amman, Yordania, Timnas Palestina memimpin pada menit ke-12 melalui gol Zaid Qunbar. Son menyamakan kedudukan hanya empat menit kemudian, mencetak gol internasional ke-51-nya. Dan menjadi pencetak gol terbanyak kedua sepanjang sejarah Korea Selatan.
Son mengatakan, “Saya ingin memuji tim Palestina. Meskipun dalam kondisi sulit, mereka sangat siap. Ini adalah sesuatu yang bisa kita pelajari.”
Palestina Jadi Tim Musafir di Kualifikasi Piala Dunia 2026, Ini Perjuangannya
Penyerang Tottenham tersebut melanjutkan, “Merupakan kehormatan untuk mencapai pencapaian ini, tetapi saya lebih fokus pada membantu tim.”
Mengenai pertandingan, ia menambahkan, “Kami membuat segalanya lebih sulit bagi diri kami sendiri. Kami menyamakan kedudukan dengan cepat tetapi melewatkan peluang yang seharusnya bisa memenangkan pertandingan.”
Hasil imbang ini mengakhiri kemenangan beruntun Korea Selatan dalam empat pertandingan kualifikasi. Sementara Palestina mendapatkan poin kedua mereka melawan Korea Selatan, setelah juga bermain imbang di putaran pertama.
Korea Selatan tetap berada di puncak Grup B dengan 14 poin dari enam pertandingan, sementara Palestina berada di posisi keenam dengan tiga poin.
“Pertandingan hari ini tidak mudah. Saya ingin memberikan tepuk tangan untuk tim Palestina. Saya rasa kita perlu belajar dari bagaimana mereka bekerja begitu keras meskipun dalam situasi yang sulit,” kata Son, usai pertandingan di Stadion Internasional Amman pada hari Selasa.
Palestina terpaksa memainkan pertandingan kandang mereka di tempat netral karena serangan Israel di Jalur Gaza.
Israel melancarkan perang genosida di Gaza sejak Oktober tahun lalu. Serangan Israel yang terus berlanjut telah menewaskan hampir 44.000 orang, sebagian besar wanita dan anak-anak, serta melukai lebih dari 104.000 orang.
Tahun kedua genosida di Gaza telah memicu kecaman internasional yang semakin meluas, dengan berbagai tokoh dan lembaga menyebut serangan Israel sebagai perang mematikan.***