Menurut Erick, kehadiran pemain keturunan adalah bagian dari globalisasi. Ia mencontohkan Matthew Baker, pemain U-17 yang memiliki darah Australia dari ayahnya dan Indonesia dari ibunya.
Fleksibilitas
Erick Thohir menegaskan bahwa naturalisasi bukan sekadar program percepatan atau quick win. Program ini dilakukan secara fleksibel, menyesuaikan dengan potensi pemain keturunan Indonesia di luar negeri.
“Kalau ada pemain keturunan berkualitas, ya kita akan proses. Tapi ini bukan hanya untuk hasil cepat, melainkan bagian dari strategi jangka panjang,” tegasnya.
Selain naturalisasi, PSSI terus menjalankan berbagai program pembinaan, termasuk Elite Pro Academy (EPA) U-17, U-20, serta kompetisi Pertiwi dan Soeratin.
Kemudian, langkah ini menunjukkan komitmen PSSI dalam menciptakan ekosistem sepak bola yang berkelanjutan.
Dengan kombinasi naturalisasi dan pembinaan pemain muda, PSSI optimistis Timnas Indonesia akan lebih kompetitif di masa depan.*