“Untuk menunjukkan kepada orang-orang bahwa adanya seperti ini, dan mengekspos wajah (La Familia) sesungguhnya,” jawab Gaydamak.
Praktis, langkah Gaydamak memang memicu reaksi keras kelompok La Familia. Di fasilitas berlatih maupun pertandingan resmi, Sadayev dan Kadiyev menjadi bulan-bulanan pendukung Beitar Jerusalem.
“Perang! Perang!” teriak La Familia kepada kedua pemain baru Beitar Jerusalem beradarah Muslim tersebut.
Baca Juga: Kemenlu Pastikan 3 KBRI segera Evakuasi WNI di Jalur Gaza Imbas Perang Kelompok Hamas dan Israel
Pada suatu pertandingan kontra Maccabi Netanya, Sadayev berhasil mencetak gol pertamanya untuk Beitar Jerusalem.
Bukannya mendapatkan respons yang melegakan hati, anggota La Familia justru meninggalkan Stadion Teddy, markas Beitar Jerusalem pada 3 Maret 2013.
Cikal Bakal dan Pengaruh La Familia
Baca Juga: Situasi Semakin Mencekam, Kemlu Imbau WNI yang Berada di Wilayah Palestina dan Israel Segera Pergi
La Familia berdiri pada 2005. Umurnya memang terlampau jauh dengan kesebelasan Beitar Jerusalem yang sudah ada sejak 1936.
Tindakan rasis yang begitu kental pada La Familia, sebenarnya merujuk pada sejarah Beitar Jerusalem itu sendiri.
Beitar Jerusalem didirakan oleh dua pemuda Zionis Betar, Shmuel Kirschtein dan David Horn. Kemudian tim ini menjadi fasilitas untuk paramiliter Irgun dan Lehi yang telah mengusik pemerintahan Inggris di Palestina.
Baca Juga: Konflik Israel dan Kelompok Hamas Kian Memanas, Puan Maharani: WNI Harus Dipastikan dalam Kondisi Aman
Kemudian, ideologi Beitar Jerusalem macam itu menurun kepada kelompok suporter paling rasis yang bernama La Familia.
Sebetulnya, peran La Familia tidak begitu berarti bagi tim Beitar Jerusalem. Namun mereka bisa menentukan siapa orang yang bekerja di klub secara tenang, dan orang bekerja di klub dengan rasa kesulitan.