KoranMandala.com -Jurnalis Asing menyindir tentang pagelaran Moto GP Mandalika merupakan tontotan khusus orang kaya, bukan untuk pecinta balap.
Masalah penonton di Mandalika terus berlanjut. Tribun utama menampung sekitar 30.000 orang, dan diperkirakan ada 500 orang disana.
“Berbicara dengan banyak penduduk lokal yang tergila-gila Moto GP yang tidak mampu membeli tiket. Tiket masuk umum seharga Rp. 500.000, sedangkan di pulau Mandalika upah minimum per bulan sebesar 2,5 jutaan”. Tulis Simon dalam Akun X @denkmit
Red Bull KTM Factory Racing : Musim 2025 Moto GP Tim akan dikelola Managemen Baru
Kontras yang mencolok terlihat jelas antara antusiasme ribuan penonton yang memadati parade pembalap Moto GP di kota Mataram dan jumlah penonton yang hadir di sirkuit.
Simon menggarisbawahi bahwa banyak warga lokal yang tidak mampu membeli tiket untuk menyaksikan balapan secara langsung.
“Menyedihkan sekali, karena ketika melihat pemandangan seperti ini rasanya penggemar indonesia pantas mendapatkan yang lebih baik dari pelombaan ini”. Tulis simon.
Kritik Simon Patterson ini mengundang perdebatan. Apakah Moto GP Mandalika benar-benar menjadi ajang yang Inklusif bagi semua penggemar balap motor di Indonesia ?
Atau, apakah acara ini lebih condong menjadi ajang Eksklusif yang hanya bisa dinikmati oleh kalangan tertentu ?
Beberapa pihak berpendapat bahwa harga tiket yang mahal merupakan konsekuensi dari upaya untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan Moto GP di Indonesia.
Tetapi di sisi lain, banyak yang merasa bahwa harga tiket yang terlalu tinggi justru menghambat akses masyarakat terhadap olahraga yang mereka cintai.
Harapan untuk masa depan, Simon Patterson menyarankan agar Indonesia bisa mnyelenggarakan dua balapan MotoGP. Satu di Mandalika untuk Wisatawan, dan satu lagi di Sirkuit lain.
Seperti Sentul yang lebih terjangkau bagi masyarakat lokal. Dengan demikian, lebih banyak penggemar balap motor di Indonesia yang dapat menikmati secara langsung aksi para Pembalap Dunia.***