KoranMandala.com – Wakil Presiden Regional Palo Alto Networks ASEAN, Steven Scheurmann, mengemukakan lima prediksi mengenai keamanan siber pada tahun 2025 untuk wilayah Asia Pasifik, termasuk Indonesia.
Prediksi tersebut mencakup ancaman deepfake dan keamanan kuantum seperti dikutip Koran Mandala dalam penjelasannya di The New York Times.
“Tujuan dari prediksi ini adalah untuk memberikan informasi kepada masyarakat, pelanggan, dan semua pihak mengenai potensi ancaman yang ada. Dengan demikian, kita dapat mempersiapkan diri dan berada dalam posisi yang proaktif,” jelas Steven.
Scheurmann menjelaskan bahwa infrastruktur keamanan siber akan semakin berfokus pada platform yang terintegrasi.
Saat ini, banyak organisasi di sektor publik dan swasta menggunakan berbagai alat keamanan yang berbeda, dengan rata-rata 30 hingga 40 produk di kawasan ASEAN.
Namun, ia mencatat bahwa tren ini mulai beralih menuju konsolidasi. Tujuan utama dari platform terintegrasi ini adalah untuk memberikan wawasan yang lebih baik, prediksi yang lebih tepat, respons yang lebih cepat, serta kemampuan untuk bertindak secara proaktif.
Platform tersebut diharapkan dapat mengatasi masalah lambatnya waktu respons terhadap insiden keamanan.
5 Aplikasi AI Terbaik Paling Banyak Dipakai Bulan Januari 2025, dari Photoleap sampai Chat GPT
Dengan pendekatan ini, organisasi tidak hanya akan bersikap reaktif terhadap ancaman, tetapi juga proaktif dalam mencegah serangan sebelum terjadi.
Prediksi kedua adalah bahwa penggunaan deepfake akan semakin meluas, terutama dalam konteks penipuan berbasis suara dan video.
Deepfake merujuk pada foto, video, dan audio yang telah dimanipulasi atau dibuat menggunakan teknologi kecerdasan buatan (AI).
Steven menyatakan bahwa kemajuan dalam teknologi AI generatif memungkinkan pembuatan deepfake dengan mudah, sehingga dapat meniru suara atau wajah individu dengan sangat realistis.
SM Entertainment Debut Grup Heart2Hearts. Ternyata Ada Member Dari Indonesia!
Hal ini berpotensi digunakan untuk menipu organisasi atau individu melalui email atau pesan suara yang tidak asli.
“Jadi, deepfake akan menjadi semakin umum, terutama dalam penipuan suara. Kita sudah melihat fenomena ini terjadi di berbagai tempat,” tuturnya. ***