KoranMandala.com -Firman Kurniawan, Pengamat Budaya dan Komunikasi Digital dari Universitas Indonesia (UI), memberikan saran kepada para kreator konten untuk melakukan dialog terlebih dahulu dengan narasumber sebelum menghasilkan konten.

Hal ini penting guna menciptakan konten yang relevan dan sesuai. Terlebih lagi, apabila konten yang akan terpublikasi mengangkat tema-tema sensitif seperti bencana atau kemalangan.

Kreator konten perlu memastikan adanya persetujuan (consent) dari narasumber yang terlibat untuk menjaga etika dan sensitivitas dalam penyampaian pesan.

Mengutip dari Antara, “Perlu ada dialog gitu. Betul-betul ada obrolan tanyakan ‘Anda perlu gak saya buatin konten yang kayak gini? yang nanti kalau konten ini beredar, Anda dapat bantuan banyak, atau dapat simpati orang banyak. Kalau menurut dia, enggak perlu dan tidak nyaman dieskpos ya jadi tidak dikontenkan,” ucap Firman.

Kagendra Sabet Juara PMNC 2024, Gas ke PMSL 2025!

Firman juga menyarankan agar kreator konten, sebelum memutuskan untuk menghasilkan sebuah konten yang berpotensi mendapatkan perhatian besar dari pengguna media sosial, terlebih dahulu mempertimbangkan situasi pribadi mereka.

Terutama jika berada dalam posisi yang serupa dengan apa yang akan tersampaikan. Di samping itu, penting untuk melibatkan narasumber yang relevan dalam proses dialog.

Pastikan bahwa tujuan dalam pembuatan konten tidak semata-mata untuk keuntungan pribadi atau sekadar mengejar peningkatan trafik di media sosial. Dengan demikian, konten yang terbagikan akan tetap memberikan manfaat dan membawa dampak positif bagi audiens yang menyaksikannya.

“Ketika melakukan perenungan, kalau misalnya lebih banyak menguntungkan diri sendiri dari narasumbernya, atau misalnya gak ada perlunya untuk yang terkait ya gak usah (jadi konten),” ucap Firman.

Firman juga menyampaikan bahwa para kreator konten dapat memanfaatkan modul edukasi literasi digital yang tersedia dari pemerintah. Modul ini terdiri dari empat pilar penting, yaitu kecakapan digital, budaya digital, etika digital, dan keamanan digital.

Modul tersebut dapat terakses secara bebas oleh publik melalui situs resmi https://gnld.siberkreasi.id/modul/.

“Itu relevan ya (untuk dipedomani), malah itu yang harus dicapai. Jadi kan adanya empat pilar itu mungkin juga berangkat dari keprihatinan juga, bahwa banyak konten untuk laku atau ingin diperhatikan itu sering mengkomodifikasi atau artinya menjadi sesuatu yang bukan komoditas sebagai komoditas,” ucap Firman.

Terkait dengan profesi kreator konten, baru-baru ini isu mengenai Uya Kuya menjadi perbincangan hangat di kalangan warganet. Hal ini bermula dari tindakannya yang membuat konten di depan rumahnya yang terdampak kebakaran di Altadena, Amerika Serikat, yang kemudian mendapat teguran dari warga lokal.

Tuduhan terhadap Uya tentang kurang menunjukkan empati terhadap masyarakat sekitar, karena merekam video di lokasi kebakaran tersebut. Namun, Uya memberikan klarifikasi bahwa pembuatan video tersebut bertujuan untuk menyebarkan informasi mengenai situasi kebakaran di Los Angeles.

Hl itu karena, mengingat banyak pihak yang meragukan kebenaran peristiwa tersebut dan menganggapnya sebagai hoaks.

Dalam klarifikasinya, Uya juga menekankan bahwa ia telah memperoleh izin dari pihak berwenang, Termasuk polisi dan FBI, sebelum melakukan perekaman video tersebut.




Sumber:

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Penulis
Exit mobile version