Jumat, 31 Januari 2025 16:53

KoranMandala.com -Serangan siber terhadap start-up AI asal Tiongkok, DeepSeek, mengalami lonjakan signifikan pada Kamis pagi, dengan intensitas serangan yang melonjak lebih dari 100 kali lipat dibandingkan dengan serangan sebelumnya pada hari Selasa. Menurut laporan dari perusahaan keamanan siber XLab, serangan ini semakin kompleks dan melibatkan lebih banyak teknik untuk menargetkan DeepSeek. Dalam artikel ini, kita akan membahas lebih dalam mengenai perkembangan serangan ini dan dampaknya terhadap keamanan layanan AI.

Latar Belakang Serangan DDoS Terhadap DeepSeek

Sejak 3 Januari, DeepSeek telah menjadi sasaran serangan DDoS (Distributed Denial of Service) yang berkelanjutan. Pada awalnya, serangan ini hanya berupa amplifikasi refleksi SSDP dan NTP, yang lebih mudah diatasi. Namun, serangan yang terjadi pada Selasa lalu semakin besar dengan penambahan serangan HTTP proxy, yang sulit ditangani karena berada pada lapisan aplikasi.

Pada Kamis pagi, XLab mengidentifikasi bahwa botnet kini turut terlibat dalam serangan tersebut, yang menunjukkan bahwa penyerang kini menggunakan metode lebih canggih untuk mengatasi pertahanan DeepSeek. “Serangan-serangan ini semakin meningkat dengan berbagai metode yang digunakan, membuat pertahanan semakin sulit,” ujar seorang pakar dari XLab yang tidak ingin disebutkan namanya.

 

Botnet Terlibat dalam Serangan Terhadap DeepSeek

Serangan terbaru melibatkan dua botnet varian Mirai, yaitu HailBot dan RapperBot, yang melakukan dua gelombang serangan terpisah pada pukul 01.00 dan 02.00. Botnet ini bekerja dengan mengontrol perangkat yang terinfeksi melalui perangkat lunak jahat, yang dikenal dengan sebutan “zombie” atau “bots”. Perangkat yang telah terinfeksi ini kemudian digunakan untuk meluncurkan serangan DDoS besar-besaran terhadap server DeepSeek.

DeepSeek Ai, Kecerdasan Buatan China Tantang OpenAI

HailBot dan RapperBot adalah botnet yang sudah lama aktif dan memberikan layanan DDoS profesional kepada berbagai target global. RapperBot, misalnya, menyerang lebih dari 100 target setiap hari dengan perintah serangan yang bisa mencapai ribuan. Sementara itu, HailBot memiliki serangan yang lebih stabil, dengan seribu perintah setiap hari yang menargetkan lebih dari 100 target di berbagai negara.

 

Dampak Serangan Terhadap Layanan DeepSeek

Serangan DDoS yang terus-menerus ini telah mempengaruhi kemampuan DeepSeek untuk memberikan layanan secara normal. Perusahaan terpaksa membatasi pendaftaran pengguna baru hanya untuk nomor telepon dengan kode negara +86 untuk sementara waktu. Hal ini tentu saja mengganggu pengalaman pengguna dan berpotensi merusak reputasi perusahaan yang baru saja merilis model open-source canggih, DeepSeek-R1, pada Januari lalu.

DeepSeek-R1 dikenal karena kemampuannya dalam memungkinkan AI untuk berkembang secara spontan dengan kemampuan penalaran yang mendalam. Pada hari Selasa, DeepSeek juga meluncurkan model multimodal Janus-Pro, yang diklaim mengungguli OpenAI dalam pengujian benchmark.

 

Menilai Keamanan Platform AI di Tengah Serangan DDoS

Serangan yang terus berlanjut ini mengundang perhatian lebih luas terhadap keamanan platform berbasis AI, terutama yang menawarkan model open-source. Keamanan platform AI menjadi perhatian utama setelah insiden ini, dengan banyak pihak yang khawatir akan potensi risiko terhadap konsumen.

“Serangan yang memaksa DeepSeek menonaktifkan pendaftaran pengguna baru adalah contoh nyata dari ancaman yang bisa dihadapi oleh layanan berbasis AI,” kata laporan Forbes yang diterbitkan pada Selasa.

 

Serangan terhadap DeepSeek menunjukkan betapa pentingnya peningkatan sistem keamanan dalam menghadapi ancaman yang semakin kompleks. Botnet yang terlibat dalam serangan ini memperlihatkan bahwa ancaman terhadap platform AI tidak hanya datang dari serangan DDoS biasa, tetapi juga dari serangan yang lebih profesional dan terorganisir. Untuk itu, perusahaan teknologi seperti DeepSeek harus terus meningkatkan langkah-langkah mitigasi dan pertahanan terhadap serangan siber yang semakin canggih.




Sumber:

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Penulis
Exit mobile version