KoranMandala.com -Google kembali menjadi sorotan setelah nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang ditampilkan di laman pencariannya menunjukkan angka yang sangat tidak akurat. Kesalahan ini sontak menghebohkan publik, terutama para pelaku pasar keuangan yang mengandalkan informasi kurs dari berbagai sumber terpercaya.
Kesalahan Data Kurs Rupiah
Pada Sabtu sore, pengguna internet dikejutkan dengan tampilan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di Google yang menunjukkan angka Rp 8.170,65 per USD.
Kesalahan ini tidak hanya terjadi pada rupiah, tetapi juga pada mata uang lain seperti Euro, yang nilainya ditampilkan secara keliru.
Google pun segera merespons laporan ini dengan menghubungi penyedia data mereka untuk segera memperbaiki kesalahan tersebut. “Kami menyadari adanya masalah yang mempengaruhi informasi nilai tukar rupiah di Google Search.
Data konversi mata uang berasal dari sumber pihak ketiga,” ungkap perwakilan Google pada Sabtu, 1 Februari 2025.
Rupiah Sentuh Rp 8.170 per Dolar AS ?
Dugaan Serangan Peretas
Pengamat pasar uang Ibrahim Assuaibi menduga bahwa kesalahan tampilan kurs ini bisa jadi akibat serangan peretas. Ia menilai ada kemungkinan peretas ingin menyampaikan pesan terkait target pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diusung oleh Presiden Prabowo Subianto.
Dengan menampilkan angka Rp 8.000 per USD, peretas seolah ingin menyindir ambisi pertumbuhan ekonomi 8 persen yang dicanangkan pemerintah.
Namun, para ekonom justru memproyeksikan pertumbuhan ekonomi berada di kisaran 4,8 persen hingga 5,2 persen saja.
Kondisi Ekonomi dan Dampak Global
Selain faktor teknis dan kemungkinan peretasan, situasi ekonomi global juga turut mempengaruhi pergerakan rupiah. Bank Indonesia mencatat bahwa kurs rupiah sebelumnya memang mengalami pelemahan. Pada Jumat, 31 Januari 2025,
rupiah melemah ke level Rp 16.305 per dolar AS. Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) juga menunjukkan pelemahan ke Rp 16.312 per dolar AS.
Di sisi lain, kebijakan ekonomi Presiden AS Donald Trump turut menjadi perhatian. Perang dagang yang diperkirakan akan kembali memanas,
serta ancaman denda bagi negara-negara anggota BRICS yang tidak menggunakan dolar AS dalam perdagangan, menambah tekanan terhadap nilai tukar rupiah.
Kesalahan tampilan kurs rupiah di laman pencarian Google telah diklarifikasi dan diperbaiki dengan segera. Meski sempat menghebohkan publik, para ahli menilai situasi ini hanya bersifat sementara.
Faktor teknis, kemungkinan peretasan, dan kondisi ekonomi global menjadi penyebab utama yang harus diwaspadai.
Dengan kondisi ekonomi yang masih penuh tantangan, masyarakat dan pelaku pasar diharapkan tetap cermat dalam mendapatkan informasi finansial dari sumber-sumber yang lebih kredibel.
Google pun berjanji akan terus meningkatkan akurasi data yang mereka tampilkan untuk menghindari kejadian serupa di masa mendatang.