KoranMandala.com -League of Legends (LoL) merupakan salah satu game MOBA tersukses di dunia. Namun, jika berbicara dalam konteks Indonesia, popularitasnya justru tidak sebesar di negara lain.
Game ini dikembangkan oleh Riot Games, sebuah perusahaan yang didirikan oleh Brandon Beck dan Marc Merrill. Terinspirasi dari Dota, yang saat itu masih menjadi mode dalam Warcraft 3, mereka menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk melakukan riset dan mengembangkan game yang mereka yakini memiliki potensi besar.
Setelah pengumumannya pada tahun 2008, versi Beta rilis pada 2009, dan akhirnya, game ini resmi rilis pada Oktober di tahun yang sama. Hasilnya? Sukses besar.
Riot Games Bikin Langganan Twitch Buat Seru-Seruan Esports League of Legends!
LoL dengan cepat menjadi salah satu MOBA paling populer di dunia, bahkan mampu menyaingi Dota 2 dalam hal jumlah pemain serta turnamen esports.
Secara global, League of Legends (LoL) telah meraih kesuksesan besar. Gim ini memiliki jumlah pemain yang sangat banyak, turnamen yang selalu dipadati penonton, serta ekspansi ke berbagai genre lain, mulai dari permainan kartu, pertarungan, hingga adaptasi dalam bentuk serial animasi.
Riot Games juga terkenal piawai dalam membangun lore yang mendalam, menjadikan setiap karakter lebih dari sekadar hero biasa. Namun, meskipun begitu sukses di kancah internasional, LoL justru gagal bertahan di Indonesia.
Faktor Penyebab
Salah satu faktor utama di balik kegagalan tersebut adalah keterlambatan masuk ke pasar. LoL baru secara resmi hadir di Indonesia pada tahun 2013, sementara secara global telah rilis sejak 2009.
Ketika LoL akhirnya tersedia, para pemain di Indonesia telah lebih dahulu terbiasa dengan Dota 2. Pada masa itu, warnet masih menjadi pusat aktivitas gaming, dan mayoritas pemain MOBA di Indonesia lebih memilih Dota 2 karena kualitas grafisnya yang lebih realistis serta mekanisme permainan yang sudah familiar.
Selain itu, sejak 2013, tren industri gim di Indonesia mulai bergeser ke platform mobile. Akibatnya, ketika Riot mulai serius mengembangkan LoL di Indonesia, banyak calon pemain sudah kehilangan minat untuk mencoba gim tersebut.
Permasalahan lainnya adalah kepemilikan hak penerbitan League of Legends (LoL) di Asia Tenggara pada saat itu berada di tangan Garena. Di Indonesia, reputasi Garena sudah kurang baik karena sering dianggap kurang serius dalam mengelola game.