Koran Mandala – Pagi di Kampung Cikondang, Desa Mekarsari, Kecamatan Darangdan, Kabupaten Purwakarta, tak lagi terasa seperti biasanya. Warga kini memandangi tumpukan kantong plastik dan limbah rumah tangga yang mulai menggunung di sudut-sudut rumah. Aroma tak sedap perlahan menyelinap ke dapur dan ruang tamu mereka. Sebuah rutinitas yang dulunya ditangani oleh Karang Taruna kini berhenti begitu saja.
“Biasanya diangkut oleh Karang Taruna, tapi sekarang tidak. Sampah sudah menumpuk di rumah,” keluh Nining, salah satu warga, saat ditemui Jumat 18 April 2025.
Bupati Cirebon Sebut Program Database Karang Taruna Bantu Pemerintah Dapatkan Data yang Akurat
Nining bukan satu-satunya yang gusar. Ia tak memiliki Tempat Pembuangan Sementara (TPS) pribadi. Membakar sampah juga bukan pilihan bijak di lingkungan padat penduduk seperti Cikondang. “Kalau dibuang ke sungai, bisa muncul masalah baru,” ujarnya, mencoba tetap bertanggung jawab atas lingkungannya.
Keluhan serupa datang dari Dede, warga lainnya. Ia menyayangkan tidak semua orang memiliki kesadaran atau kemampuan untuk memilah dan mendaur ulang sampah.
“Kalau tidak ditarik, sampah menumpuk di rumah warga. Itu bisa jadi sumber penyakit,” katanya.
Karang Taruna yang selama ini menjadi ujung tombak pengangkutan sampah di kampung tersebut, harus menghentikan kegiatannya. Dini, salah satu anggota Karang Taruna, membenarkan hal itu.
“Setelah sampah di TPS diangkut oleh dinas beberapa waktu lalu, kita disarankan untuk berhenti mengambil sampah dari warga sampai ada solusi dari pemerintah,” ungkap Dini.
Langkah itu membuat warga terjebak dalam dilema. Di satu sisi, mereka sadar pentingnya menjaga kebersihan lingkungan. Di sisi lain, tak ada lagi sistem yang membantu mereka mengelola sampah rumah tangga.
Kisah warga Kampung Cikondang menggambarkan betapa vitalnya peran komunitas lokal dalam pengelolaan sampah. Namun saat mereka berhenti, kekosongan pun terasa—dan bau sampah yang menyengat menjadi simbol permasalahan lingkungan yang tak kunjung tuntas.
Kini, harapan mereka tertuju pada pemerintah. Sebuah solusi konkret dinantikan, agar sampah tak hanya menjadi masalah, tapi juga bisa dikelola menjadi berkah.