Koran Mandala -Aroma budaya kental terasa sejak pagi menyapa Lapangan Upakarti, Komplek Pemkab Bandung, Senin 21 April 2025. Suasana berbeda begitu terasa: tak ada setelan formal biasa, melainkan ragam pakaian adat Sunda yang dikenakan dengan penuh kebanggaan oleh jajaran pejabat, peserta upacara, hingga tamu undangan.

Hari itu, Kabupaten Bandung genap berusia 384 tahun. Usia yang tidak singkat. Sebuah perjalanan panjang yang membentang sejak zaman kolonial, hingga menjadi kabupaten yang terus tumbuh dan berkembang, bahkan melahirkan daerah-daerah otonom baru seperti Kota Bandung, Kota Cimahi, dan Kabupaten Bandung Barat.

Kabupaten Bandung Siap Jadi Tuan Rumah MTQH Jabar Tahun 2025

Bupati Bandung Dadang Supriatna, yang akrab disapa Kang DS, tampil sebagai Inspektur Upacara. Mengenakan pakaian adat Sunda berwarna gelap, ia berdiri gagah di tengah lapangan, didampingi Wakil Bupati Ali Syakieb dan jajaran Forkopimda yang juga mengenakan busana serupa. Dari tribun kehormatan, Ketua TP PKK Hj. Emma Dety Dadang Supriatna dan Wakil Ketua Margin Winaya Hermawan tampak anggun dengan kebaya Sunda, menyambut senyum dan sorot kamera.

Semua elemen di lapangan tampak menyatu: tak ada jarak antara pemimpin dan masyarakat. Pakaian adat menjadi jembatan, menyatukan masa lalu, masa kini, dan harapan masa depan.

Usai upacara, Kang DS menandatangani prasasti peresmian Lapangan Upakarti yang telah ditata ulang. Sebuah simbol baru untuk ruang publik yang terus dipercantik dan dijadikan tempat kebanggaan bersama. Tak hanya itu, penghargaan juga diberikan kepada mereka yang turut berkontribusi dalam pembangunan Kabupaten Bandung.

Dalam pidatonya, Kang DS tidak hanya berbicara tentang capaian, tetapi juga mengajak semua pihak menengok ke belakang. Mengingat jasa para pendahulu. “Kabupaten Bandung berdiri sejak zaman kolonial. Perjuangan untuk membentuk daerah ini sangat luar biasa,” katanya dengan suara tenang namun tegas.

Ia menyoroti bahwa Kabupaten Bandung tak hanya tumbuh secara administratif, tetapi juga secara infrastruktur. “Kalau dulu masih tanah, sekarang sudah dicor, dihormix, dan dibangun. Ini semua berkat perjuangan panjang,” ucapnya sambil menatap barisan peserta upacara.

Lebih dari sekadar seremoni, peringatan Hari Jadi kali ini juga menjadi momen reflektif. Kang DS menyebut lima tantangan ke depan yang harus dihadapi Kabupaten Bandung: peningkatan kualitas SDM, adaptasi terhadap digitalisasi, pembangunan berkelanjutan, penguatan budaya lokal, dan semangat kebersamaan.

“Kita hidup di era penuh tantangan. Tapi saya yakin, dengan konsep kepemimpinan yang mengedepankan spiritualitas dan kebersamaan, kita bisa mewujudkan semua harapan,” ujarnya.

Di tengah hiruk-pikuk modernitas, upacara ini seperti jeda yang hangat—tempat semua orang sejenak berhenti, melihat ke belakang, dan mengambil napas panjang sebelum kembali melangkah maju. Dan di balik balutan pakaian adat Sunda, tersimpan harapan besar: agar Kabupaten Bandung terus menjadi rumah yang membanggakan bagi seluruh warganya.




Penulis
Leave A Reply

Exit mobile version