Koran Mandala -Sebanyak 15 Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) di Kota Bandung akan menerapkan teknologi termal untuk mengatasi masalah penumpukan sampah yang tidak dapat terangkut ke TPA Sarimukti. Pembatasan ritase angkutan ke TPA yang hanya 140 ritase per hari tidak mampu menampung produksi sampah harian Kota Bandung yang mencapai 1.500 ton. Akibatnya, sampah menumpuk di setiap TPS hingga pasar.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bandung, Dudy Prayudi, menjelaskan bahwa dua TPST, yaitu TPST PSM Jalan PSM dan TPST Babakan Sari di Kiaracondong, telah memulai tahap konstruksi dan diharapkan dapat beroperasi pada akhir Mei 2025. Teknologi termal dipilih karena kemampuannya untuk memusnahkan sampah dengan cepat, seiring dengan keterbatasan kapasitas TPA Sarimukti.

Setelah Exit Tol 148, Pemkot Bandung Akan Bangun TPST di Gedebage

Dudy juga menegaskan bahwa penggunaan teknologi termal diatur dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Permen LHK) Nomor P.70 Tahun 2016, yang memperbolehkan penerapan metode ini sepanjang memenuhi syarat ramah lingkungan dan pemantauan emisi yang ketat. Mesin termal yang digunakan harus melalui uji emisi berkala setiap enam bulan untuk memastikan hasil emisi dalam batas toleransi yang diizinkan.

Selain teknologi termal, Pemkot Bandung juga mengaplikasikan teknologi anaerobik untuk mendukung ekonomi sirkular, dengan memanfaatkan limbah organik menjadi energi atau produk bernilai. Dari 15 TPST yang direncanakan, delapan sudah menarik minat investor dan sedang dalam proses pengurusan dokumen lingkungan dan perizinan.

Pemkot Bandung menggunakan sistem Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KSPBU) untuk menerapkan teknologi ini, di mana investor swasta bertanggung jawab atas pembangunan dan pengelolaan fasilitas pengolahan sampah, sementara pemerintah membayar melalui skema tipping fee.

Leave A Reply

Exit mobile version