KORANMANDALA.COM,-Terminal seyogyanya digunakan sebagai tempat berhentinya fasilitas transportasi massal seperti angkot maupun bus rapid, salah satunya terminal di Kota Bandung yakni ST. Hall atau yang kerap disebut sebagai terminal “stasion” karena lokasinya yang berdekatan dengan Stasiun Besar Bandung.
Namun siapa sangka, ternyata terminal itu beralih fungsi pada malam hari menjadi tempat transaksi PSK (Pekerja Seks Komersial). Fakta yang secara tak sengaja ditemukan ketika tim redaksi melintasi ruas jalan tersebut pada malam hari, diperkuat dengan pernyataan dari salah satu wanita, sebut saja dirinya Mawar (nama samaran, red.) yang telah mengaku terpaksa karena himpitan ekonomi untuk melayani pria hidung belang.
“Sebenernya saya terpaksa kayak gini, cari kerja susah, serabutan juga gak ada, jadi ya gini” ucapnya.
Selain itu, ia juga mengungkapkan bahwa hasil dari pekerjaan malamnya itu digunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga karena suami yang ia nikahi 7 tahun silam pergi meninggalkan dirinya dan 2 orang anak begitu saja.
“Kayak gini juga karena ditinggal suami setelah nikah 7 tahun, tapi di rumah ada anak 2 yang harus dikasih makan, sama buat kebutuhan rumah sehari-hari aja sih” lanjut Mawar.
Ketika tim redaksi bertanya soal biaya yang ia minta kepada pengguna jasanya, dirinya menuturkan bahwa ia dan beberapa teman sepekerjaannya memasang harga yang sama sebelum ditawar dengan harga yang lebih rendah oleh penggunanya.
“Kalau itu sih biasanya flat dulu kita semua, habis itu pasti ada tawar-menawar kan, nah nanti tinggal deal nya berapa sama yang mau check in” ungkapnya.
Mendengar hal itu, tim redaksi berusaha mengulas lebih dalam lagi mengenai praktik prostitusi ini soal mekanisme penggunaan jasanya.
“Paling di awal kita kasih harga dulu, dia tawar, nanti sama harga itu (hasil penawaran, red.) kita kasih servis kayak gimana” jelasnya.
Pada akhir pembicaraan, dirinya berharap jika ada pekerjaan yang lebih baik, ia akan meninggalkan pekerjaan itu sepenuhnya layaknya orang lain yang memiliki pekerjaan tetap.
“Ya sebenernya kalau ada kerjaan tetap mah mau ninggalin ini, soalnya tau ini salah, tapi terpaksa harus dilakuin buat hidup” pungkas Mawar.
Meskipun termasuk ke dalam penyakit sosial, nyatanya praktik prostitusi ini menjadi mata pencaharian bagi mereka yang terpaksa untuk melakukannya. Semoga pemerintah memiliki solusi untuk menangani ini, karena sungguh ironi bisa fenomena sosial ini dibiarkan begitu saja bahkan seolah dikembangkan menjadi ladang bisnis bagi beberapa pihak.(*)