Koran Mandala -Desa Rancakalong, Kabupaten Sumedang, kembali bergema oleh semangat budaya lewat digelarnya tradisi Ngalaksa, sebuah ritual adat warisan leluhur yang telah menjadi Warisan Budaya Takbenda Nasional. Rangkaian kegiatan diawali dengan prosesi Bewara Ngalaksa pada Rabu 16 April 2025, penanda dimulainya pesta budaya tahunan yang sarat makna ini.

Bewara, yang secara harfiah berarti pemberitahuan, menjadi momentum penting untuk mengundang seluruh warga, kelompok adat (rurukan), serta pegiat seni dan budaya, agar turut serta dalam kemeriahan tradisi Ngalaksa. Dalam pembukaan ini, salah satu sasaka dari rurukan pemangku hajat menampilkan pertunjukan Tarawangsa yang memukau, seolah membangkitkan semangat leluhur di tengah masyarakat.

Sumedang Miliki 35 Situs Geopark, Potensi Wisata Makin Besar

Kepala Desa Rancakalong, H. Wawan Suwandi, SE., MM, mengatakan bahwa tahun ini Desa Rancakalong didaulat sebagai pemangku hajat utama. Ia berharap peran itu bisa menjadi momentum untuk menjadikan Ngalaksa 2025 lebih semarak dan bermakna dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

“Demi suksesnya acara, tentu perlu didukung gotong royong warga, pegiat budaya, serta dukungan pemerintah dari tingkat desa, kecamatan, hingga kabupaten,” ujar Wawan.

Tak sekadar berharap, Wawan menegaskan komitmennya dengan mengalokasikan Dana Desa sebagai bagian dari dukungan nyata. Selain itu, proposal kegiatan juga telah diajukan untuk memperkuat pelaksanaan acara.

Baginya, Tarawangsa dan Ngalaksa bukan hanya simbol budaya, tetapi juga identitas yang harus dirawat bersama. “Keduanya sudah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda oleh Kemendikbud. Ini aset luar biasa yang wajib kita jaga,” ujarnya penuh semangat.

Puncak acara Ngalaksa sendiri akan digelar dari 13 hingga 20 Mei 2025. Berbagai prosesi adat akan melibatkan rurukan dari lima desa, para kepala desa se-Kecamatan Rancakalong, unsur Forkopimcam, akademisi dari ISBI, serta tokoh masyarakat.

Ngalaksa tak hanya sebuah perayaan, tapi juga refleksi dari harmoni manusia dengan alam, wujud syukur atas hasil bumi, dan bukti nyata bahwa budaya bisa tetap hidup jika dijaga bersama.




Penulis
Leave A Reply

Exit mobile version